Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.
JAKARTA. Bisnis syariah tampaknya semakin legit saja. Buktinya, keinginan bank-bank umum untuk berbisnis syariah dengan mendirikan bank umum syariah (BUS) semakin getol.
Bank BNI, misalnya. Rencana BNI melepas Unit Usaha Syariah (UUS) BNI Syariah menjadi Bank Usaha Syariah (BUS) tinggal selangkah lagi. Anak usaha BNI ini telah menandatangani akta pemisahan unit usaha syariah pada tanggal 22 Maret 2010 lalu .
Direktur Utama BNI Syariah Risqullah mengatakan, saat ini, BNI tinggal menunggu pengesahan izin pemisahan dari Kementerian Hukum dan HAM. "Setelah izin turun, kami akan segera mengajukan permohonan izin operasional kepada Bank Indonesia (BI)," ujar dia. Akta pemisahan ini menjadi salah satu persyaratan untuk menjadi BUS.
Risqullah berharap, dengan adanya penandatanganan akta ini, maka izin BUS BNI Syariah dapat segera keluar. "Mudah-mudahan tahun ini bisa segera beroperasi," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Perbankan Syariah BI Ramzi A. Zuhdi mengatakan, BI belum menerima pengajuan izin operasional dari BNI Syariah. "Kami telah mengeluarkan izin prinsip pembentukan BUS pada Februari lalu. Tapi, kami belum menerima pengajuan izin usaha mereka sebagai syarat untuk beroperasi," ujar dia.
Menggenjot laba
Sambil menunggu izin, tahun ini, BNI Syariah menargetkan pembiayaan sebesar Rp 4,93 triliun. Ini naik 50,67% dari pembiayaan tahun 2009 lalu, yakni Rp 3,27 triliun.
Dari pembiayaan tersebut, BNI Syariah berharap bisa meraih laba sebesar Rp 64 miliar pada tahun ini. Untuk itu, BNI Syariah akan melakukan penetrasi pasar secara maksimal melalui 57 cabang serta office channeling.
Target tersebut cukup besar lantaran tahun 2009 lalu, BNI Syariah merugi Rp 171 miliar. Kerugian ini terjadi akibat spin off dari induk usaha, Bank BNI, serta upaya pembersihan pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF). Salah satu caranya dengan menambah pencadangan sampai 346%, dari cuma Rp 77,5 miliar menjadi Rp 345,7 miliar.
Tak hanya itu, BNI Syariah juga akan mendongkrak sumber pendanaan dengan memperbesar dana murah. Tahun ini, BNI Syariah menargetkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 5,18 triliun atau naik 24,22% dari DPK tahun lalu sebesar Rp 4,17 triliun.
Dana murah akan mengambil porsi sebanyak 57,53%. Sisanya dana mahal, 42,47%. Ini berbeda dengan tahun lalu, dana mahal mendominasi sampai 51,35%, sedang dana murah hanya 48,64%.
Berbeda dengan BNI yang masih menunggu izin, bulan depan anak usaha syariah Bank Central Asia, BCA Syariah, segera beroperasi. "Kami akan meresmikan kantor BCA Syariah tanggal 5 April depan," ujar Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja.
Sebagai langkah awal, BCA Syariah akan membuka 11 kantor baru dengan perincian sembilan di Jakarta, dan dua di Surabaya. Untuk dana operasional, BCA juga telah menambah modal BCA Syariah hingga Rp 200 miliar. Sehingga, modal disetor BCA Syariah saat ini sudah mencapai Rp 242 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News