Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meski tahun 2015 belum berakhir, BNI Syariah sudah memasang ancang-ancang untuk tahun 2016. Anak usaha BNI ini di tahun depan menargetkan laba bersihnya naik hingga 35%. Rencana bisnis tersebut dibuat berdasarkan hasil kinerja pada semester I-2015 kemarin yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa bank syariah lain.
Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano mengatakan, untuk merealisasikan target tersebut, maka perseroan harus mampu meningkatkan pembiayaan hingga 20%. Begitupun dengan dukungan sumber dana pihak ketiga (DPK) yang harus tumbuh sebesar 15,7%.
“Untuk mencapai target bisnis 2016, BNI Syariah fokus mengelola kualitas pembiayaan dan penguatan permodalan dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Dinno, Kamis (10/9).
Untuk mencapai target tersebut, BNI Syariah melakukan beberapa langkah. Pertama adalah mengelola kualitas pembiayaan dengan meningkatkan kualitas pemantauan sehingga NPF dapat terkendali. Kedua adalah menjaga pertumbuhan bisnis sebesar 20% pada pasar yang selektif yang berfokus pada pembiayaan segmen konsumer ritel produktif komersial dan mikro.
Ketiga adalah memperkuat sinergi bisnis dan shared service dengan BNI dalam rangka optimalisasi bisnis dan operasional. Sedangkan keempat adalah meningkatkan produktivitas pegawai dan cabang existing dan melakukan pengendalian biaya dalam rangka efisiensi.
“Kelima adalah memperkuat permodalan perusahaan sebesar Rp 500 miliar sampai RP 1 triliun untuk memenuhi ketentuan CAR minimum dari regulator dan menopang pertumbuhan bisnis perusahaan.”
Sebagai gambaran, pada semester I-2015 kinerja BNI Syariah tercatat cukup positif. Hal ini tampak dari beberapa indikator yang berjalan sesuai rencana, salah satunya profitabilitas tercapai sebesar Rp 99,94 miliar atau naik 50,33% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 66,48 miliar.
Pertumbuhan ini didorong, antara lain, oleh pertumbuhan pembiayaan 25,24% yoy menjadi Rp 16,74 triliun. Pada periode sebelumnya pembiayaan mencapai Rp 13,37 triliun. Faktor pendorong lainnya adalah bertumbuhnya penghimpunan DPK 28,22% yoy dari semula Rp 13,51 triliun menjadi Rp 17,32 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News