Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk masih optimistis kredit ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) alias perusahaan pelat merah bisa tumbuh dobel digit tahun ini. Wakil Direktur BNI Herry Sidharta berharap kredit korporasi BNI ke BUMN bisa tumbuh 12%-15% secara tahunan atau year on year (yoy).
Pada tahun ini, bank dengan sandi saham BBNI akan membidik sektor non infrastruktur. Langkah ini diambil lantaran pada 2018 lalu, BNI sudah banyak menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur.
"Ada batas maksimum pemberian kredit (BMPK) untuk nasabah-nasabah besar apalagi infrastruktur mulai mendekati limit. Sehingga pertumbuhan di infrastruktur ini tidak secepat tahun kemarin," ujar Herry kepada Kontan.co.id pada Selasa (19/2).
Sepanjang 2018 lalu, bank berlogo 46 ini menyalurkan kredit korporasi BUMN sebesar Rp 110,98 triliun. Nilai ini tumbuh 31,6% yoy dari posisi 2017 senilai Rp 84,36 triliun. Kredit ke perusahaan negara ini memberikan kontribusi sebesar 21,6% terhadap total kredit BNI.
Total pertumbuhan kredit BNI pada 2018 sebesar 16,2% yoy menjadi Rp 512,77 triliun dari posisi sebelumnya Rp 441,31 triliun.
Herry menambahkan, meskipun mampu mencatatkan pertumbuhkan ke perusahaan BUMN, kualitas kredit di segmen ini masih bagus. Herry bilang rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Kredit BUMN di level 0%.
"Penyaluran kredit ke BUMN tetap ada risiko. Jadi bukan BUMN-nya tapi proyek-poryek yang akan dibiayai. Makanya kita pilih-pilih lagi proyeknya walaupun proyek itu milik BUMN," imbuh Herry.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk masih akan mengoptimalkan kredit ke perusahaan pelat merah. Meskipun bank dengan sandi saham BBRI ini tengah merencana memperkecil kredit korporasi.
Direktur Utama BRI Suprajarto menyatakan pada 2019, pihaknya ingin menyalurkan menjadi 77% kredit ke UMKM dan kredit korporasi baik ke BUMN maupun non BUMN maksimal 23% dari total kredit.
"Kita akan kurang di BUMN karena kontribusi BUMN di korporasi besar. Tapi kita harapkan bisa tumbuh 5%-6% year on year dibandingkan 2018," ujar Suprajarto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News