Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlombaan bank digital di Tanah Air semakin memanas. Peluang neobank untuk berkembang cukup besar di tengah tingginya aktivitas masyarakat secara daring.
Pandemi Covid-19 jadi momentum yang pas dalam percepatan transformasi layanan perbankan secara digital. Dengan transformasi itu, nasabah bisa melakukan transaksi dan mengakses layanan keuangan lainnya hanya lewat gadget.
Sebelumnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) lewat anak usahanya Bank Digital BCA dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sudah mengumumkan akan jadi bank digital penuh. Yang terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga sedang mengambil ancang-ancang masuk ke ranah digital.
BRI berencana menggunakan anak usahanya PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) sebagai kendaraan untuk masuk ke bank digital. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI Agro punya ukuran bisnis yang cukup lincah sehingga sangat memungkinkan jika sewaktu-waktu bisnis modelnya diubah untuk bermain di ekosistem digital.
"Terkait bisnis digital dengan menjadikan BRI Agro sebagai kendaraan bisnis, kami memang arahnya kesana," ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/1).
Baca Juga: Ramaikan bisnis neobank, BRI ingin jadikan BRI Agro sebagai bank digital
Namun, rencana itu menurutnya masih membutuhkan banyak persiapan. Untuk mengembangkan bank digital, perseroan perlu mempersiapkan infrastruktur, produk, Sumber Daya Manusia (SDM) dan target pasar yang dibidik.
Sementara Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang belum bisa menjawab persiapan apa yang dilakukan menuju rencana jadi bank digital tersebut.
Ia mengatakan, detail rencana bisnis Bank Agro tahun ini baru bisa disampaikan setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Jadi referensi kami untuk sementara adalah yang disampaikan pak Sunarso," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/1).
Tahun ini, BRI telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) IT sebesar Rp 3,5 triliun.
Direktur Digital, Teknologi dan Informasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, capex itu terutama akan digunakan untuk modernisasi dari core banking terkait dengan financial system dan perangkat-perangkat unit kerja BRI yang melakukan transformasi.
Di samping itu, BRI juga tetap membuka peluang untuk melakukan aksi korporasi lewat akuisisi tahun ini. Oleh karena itu, bank pelat merah ini akan menyiapkan anggaran tidak kurang dari Rp 5 triliun jika ditemukan peluang akuisisi.
Selain BRI, PT Bank Harda Tbk (BBHI) juga bakal masuk ke ranah bank digital setelah resmi diakuisisi oleh PT Mega Corpora, perusahaan milik pengusaha Chairul Tanjung.
Dalam prospektus akuisisi yang dipublikasikan pada Desember 2020, Mega Corpora disebut berkomitmen mengembangkan Bank Harda menjadi bank yang akan melayani para nasabah dengan menggunakan platform teknologi digital serta menjadikan bank jadi lebih kuat dan berdaya saing agar bisa menjadi bank berskala nasional.
OJK telah memberi lampu hijau bagi bank digital bisa beroperasi tanpa harus memiliki kantor cabang fisik. Itu tercantum dalam sub bahasan di rancangan Peraturan OJK tentang Bank Umum yang sedang digodok dan ditargetkan diluncurkan semester I ini. Namun, aturan detail yang akan jadi pijakan bagi bank digital di Indonesia masih belum ada.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat mengatakan, bank digital saat ini masih mengacu ke pengaturan aktivitas sebagai digital bank dan itu ada di POJK Managemen Resiko Teknologi Informasi (MRTI). OJK baru akan mengkaji untuk membuat aturan lebih rinci setelah POJK Bank Umum selesai.
Baca Juga: Pandemi bikin operasional bank jadi tak efisien
Sementara itu, Bank Digital BCA ditargetkan akan meluncur tahun ini. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan, bank itu akan hadir lewat aplikasi super canggih yang akan menggarap seluruh segmen usia.
"Tidak anya untuk milenial, BCA Digital juga hadir bagi masyarakat yang sudah terbiasa dan lebih memilih bertransaksi dengan teknologi digital (Digital Savvy)," jelasnya.
Untuk tahap awal, BCA Digital hanya akan fokus pada layanan pendanaan dulu. Bank ini akan memfasilitasi berbagai transaksi perbankan digital melalui aplikasi digital berbasis smartphone.
Layanan kredit baru akan diluncurkan tahap berikutnya. Nantinya, penyaluran kredit akan menyasar segmen individual, individual bisnis, UMKM, dan juga retail.
Sementara konsep digital yang diusung Bank Jago disebut tidak akan berkompetisi secara langsung dengan layanan digital yang sudah dimiliki bank lain.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar sebelumnya menjelaskan, konsep digital yang dilakukan adalah lewat bekerjasama dengan semua platform dalam ekosistem digital.
Bank Jago akan bekerjasama dengan platform mulai dari e-commerce, aplikasi jasa penyedia transportasi, industri travel, online shop, hiburan, hingga pembayaran digital dan fintech lending.
Posisi Bank Jago di industri bank digital telah diperkuat dengan masuknya Gojek sebagai investor dengan menggengam 22% sahamnya. Lewat kolaborasi strategis tersebut, Go-Jek sebagai penyedia layanan on-demand dan aplikasi pembayaran akan menyediakan layanan perbankan di platformnya sehingga pelanggan Gojek dapat membuka rekening Bank Jago dan mengelola keuangan lebih mudah lewat aplikasi Gojek.
Selanjutnya: Pertumbuhan ekonomi dan bisnis digital bakal berlanjut, simak rekomendasi para pakar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News