Reporter: Mona Tobing |
JAKARTA. Secara keseluruhan, penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sepanjang 2011 hanya tumbuh 17%. Hal ini belum memenuhi ekspektasi bankir tentang prospek kredit UMKM yang bakal melesat di saat ekonomi global lesu.
Fenomena tersebut setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, perubahan pencatatan kredit UMKM yang diterapkan BI sejak awal 2011. Dengan mengeluarkan data kredit konsumtif dari pelaporan UMKM, pertumbuhan jadi terlihat lebih kecil. Kedua, pertumbuhan kredit UMKM tidak merata di semua bank.
Data BI per Agustus menunjukkan, dari rata-rata pertumbuhan kredit UMKM sebesar 17%, bank persero membukukan kenaikan 27% menjadi
Rp 208,8 triliun. Bandingkan dengan kredit UMKM BPD yang hanya naik 3,2% menjadi Rp 31,1 triliun atau bank asing yang susut 10% menjadi Rp 7,3 triliun. Sedangkan bank swasta nasional menanjak 14% menjadi Rp 182,3 triliun.
Tidak meratanya penyaluran kredit UMKM tercermin pada laporan keuangan bank kuartal III-2011. Beberapa bank spesialis mikro, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Danamon, dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) masih bertaji dengan pertumbuhan di atas 30%.
BRI membukukan kredit Rp 276,6 triliun, tumbuh 20,83% (yoy). Kredit mikro, bagian dari UMKM, menjadi penggerak dengan kenaikan 32,6% menjadi Rp 87,81 triliun.
Sulaiman Arif Arianto, Direktur BRI mengatakan, lonjakan kredit mikro tak lepas dari strategi perseroan menggandeng korporasi di kegiatan ekonomi hulu. Misalkan kerjasama dengan perkebunan atau pertanian, BRI juga membiayai petani plasmanya dan distributornya. "Setiap kredit korporasi yang kami berikan juga menyentuh mitra. Ini sangat membantu," kata Sulaiman akhir pekan lalu.
Sofyan Basyir, Direktur Utama BRI, mengatakan segmen mikro paling sehat meskipun non performing loan atau NPL gross di kisaran 3,34%. Ke depan, BRI berencana menambah produk dan jaringan serta mengoptimalkan Bank Agro, anak usahanya, untuk menggarap pertanian dan perkebunan.
Bank Danamon mencatat pertumbuhan kredit UMKM 30% menjadi Rp 29,76 triliun. Segmen ini berkontribusi 31% terhadap total kredit kuartal III-2011 sebesar Rp 97,4 triliun. Kredit yang disalurkan melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) ini mayoritas mengucur ke perdagangan.
Vera Eve Liem, Direktur Keuangan Danamon, mengatakan segmen ini berpeluang tumbuh. Tapi, persaingan bakal ketat, seiring agresifnya bank lain dalam menggarap pasar ini. Maklum, selama ekonomi global tidak pasti, bank cenderung mengurangi kredit korporasi, sambil menggenjot segmen lain yang lebih aman, seperti UMKM, kendaraan dan KPR.
Meski bakal ketat, Vera melanjutkan, Danamon tidak ada rencana menurunkan bunga kredit mikro. Suku bunga dasar kredit di UMKM sebesar 10%-11% masih kompetitif.
Sementara BTPN mencetak kenaikan kredit mikro 45% menjadi Rp 6,1 triliun (yoy). Jika dihitung selama tahun ini saja atau secara year to date (ytd) tumbuh 32%. "Ini membantu pencapaian kredit kuartal III kami yang tumbuh 31%," kata Eny Yuliati, Sekretaris Perusahaan BTPN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News