Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menanggapi terkait rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, yang akan berlaku mulai 1 Januari 2025.
Direktur Utama BRI Finance Wahyudi Darmawan mengatakan bahwa dengan kenaikan PPN sebesar 12% itu, akan berdampak pada permintaan kredit. Selain itu, juga akan berdampak pada kenaikan biaya operasional.
“Ditambah, suku bunga dan biaya administrasi yang nantinya akan menyesuaikan, dan hal tersebut berdampak juga pada daya beli konsumen terhadap kendaraan bermotor,” kata Wahyudi kepada Kontan.co.id, Rabu (20/11).
Baca Juga: Multifinance Kian Hati-Hati Jaga Rasio Kredit Macet
Untuk itu, dia menilai kenaikan tarif PPN menjadi 12% dapat berdampak signifikan terhadap penyaluran pembiayaan, terutama karena pengaruhnya terhadap daya beli masyarakat.
Wahyudi menyebut kenaikan PPN 12% juga dapat memperburuk tekanan ekonomi bagi segmen konsumen yang lebih sensitif terhadap harga dan dapat mempengaruhi keputusan nasabah dalam mengambil pembiayaan.
Kendati begitu, Wahyudi menuturkan bahwa BRI Finance menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Di antaranya yaitu, meningkatkan efisiensi operasional dengan mengoptimalkan teknologi yang tersedia saat ini.
Strategi selanjutnya, optimalisasi pemanfaatan engine scoring untuk meningkatkan kualitas penilaian kredit dan memperkecil risiko gagal bayar. Selain itu, Wahyudi bilang, BRI Finance juga akan memberikan edukasi keuangan tentang perpajakan di industri jasa keuangan.
“Kemudian, kami juga melakukan campaign dengan menekankan pada solusi pembiayaan yang terjangkau dan dapat diandalkan seperti cicilan dan bunga yang kompetitif,” kata Wahyudi.
Baca Juga: NPF Multifinance Capai 2,62% pada Agustus 2024, Begini Kondisi di Sejumlah Pemain
Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan masih menunjukkan pertumbuhan sebanyak 9,39% yoy menjadi Rp 501,78 triliun per September 2024.
Sementara dari sisi laba industri pembiayaan per September 2024 tumbuh sebesar 0,84% yoy atau sebesar Rp16,97 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman mengatakan pihaknya optimitis terhadap target pertumbuhan pembiayaan yakni sebesar 10–12% pada akhir 2024.
Selanjutnya: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Masih Ada Cara Bagi Bank Sentral Bantu Dorong Roda Ekonomi
Menarik Dibaca: Investor Optimis Sektor Ritel Indonesia Tumbuh Kuat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News