Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Penurunan harga emas yang terus berlanjut berdampak pada bisnis pembiayaan emas di perbankan syariah. Alasannya, banyak nasabah menilai instrumen ini tidak lagi menarik untuk dijadikan alat investasi.
Sekretaris Perusahaan BRI Syariah, Lukita T. Prakasa bilang, perseroan sejak tahun 2014 kemarin, sedang melakukan konsolidasi terkait produk gadai BRIS. Menurutnya, perjalanan bisnis gadai emas yang telah berlangsung selama kurun waktu 5 tahun sampai dengan 6 tahun ini, dirasa perlu untuk melakukan evaluasi.
Penilaian ulang itu dilakukan terhadap bisnis model dan bisnis proses dari produk gadai. "Termasuk pengembangan pelatihan SDM gadai. Ada beberapa perbaikan proses gadai dan strategi pemasaran," jelas Lukita kepada KONTAN, Selasa (11/8).
Lukita menuturkan, di semester II-2015 ini, BRI Syariah akan melakukan ekspansi kembali di bisnis gadai. Meski begitu, sepanjang sisa empat bulan menjelang tutup tahun 2015, BRI Syariah tidak akan melakukan ekspansi bisnis gadai secara agresif.
Ekspansi ini dilakukan lantaran BRI Syariah masih melihat peluang yang besar dari produk gadai ini di masa depan. Menurut Lukita, bisnis gadai emas merupakan bisnis yang aman. Oleh karena itu, BRI Syariah akan melakukan optimalisasi produk ini mulai semester II-2015 ini.
Hingga Juni 2015, pembiayaan emas BRI Syariah masih di bawah Rp 300 miliar. Dari gadai emas itu, BRI Syariah mengaku tidak memiliki rasio pembiayaan bermasalah atawa non performing financing (NPF) yang berarti. Sebab, BRI Syariah melakukan penghitungan dengan skema konsolidasi bersama induk usahanya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan juga BRI Agro.
"Maka NPF-nya tidak besar. Hampir tidak ada," ucap Lukita.
BRI Syariah mempunyai mekanisme untuk melakukan recovery atas agunan gadai yang macet. "Bisnis gadai adalah bisnis yang aman, sehingga tidak perlu untuk di take over ke bank lain," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News