Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun 2017 bisa mencapai 15% sampai 16%. Penyumbang utama pertumbuhan ini diproyeksi sektor mikro kecil menengah (UMKM) yang selama ini menjadi bisnis utama BRI.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, untuk kredit UMKM diharapkan bisa tumbuh di atas rata-rata kredit yaitu mencapai 20%.
“Tahun depan ini tantangan utamanya adalah masalah likuiditas, diharapkan dana tax amnesty bisa cepat masuk ke pengeluaran pemerintah, sehingga bisa mengisi likuiditas pasar,” ujar Sunarso, Kamis (8/12).
Prediksi pertumbuhan kredit tahun depan ini sudah memasukkan faktor pelonggaran giro wajib minimun rata-rata (GWM averaging) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Dengan adanya relaksasi GWM oleh BI tersebut diharapkan bisa membuat bank semakin fleksibel dalam mengelola likuiditas. Dengan fleksibilitas ini diproyeksi bisa mendorong bank untuk lebih aktif dalam mengelola kredit.
Seiring dengan target bank untuk memacu kredit pada tahun depan, bank berkode BBRI ini juga berusaha untuk menjaga kualitas kredit yang ada. Diharapkan tahun depan NPL BRI bisa membaik dari kondisi terakhir kuartal III-2016 yang berada di angka 2,22%.
Sementara Direktur Utama BRI Asmawi Syam belum bisa mengatakan detail terkait proyeksi laba bersih pada tahun depan, hal ini karena rancangan bisnis bank (RBB) 2017 masih disusun. “Diharapkan laba tahun depan lebih baik dibandingkan tahun ini,” ujar Asmawi.
Sebagai informasi, sampai Oktober 2016 tercatat pertumbuhan kredit BRI mencapai 17,75% yoy menjadi Rp 610,8 triliun. Namun tercatat pada 10 bulan pertama 2016 ini, laba bersih BRI hanya naik tipis sebesar 2,09% yoy menjadi Rp 20,9 triliun.
Kenaikan tipis laba bersih ini disebabkan karena beban operasional yang naik akibat alokasi pencadangan. Sebagai gambaran, alokasi pencadangan BRI sampai kuartal III- 2016 sebesar Rp 22,1 triliun atau naik 29% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News