Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) telah merampungkan roadshow ke investor institusi terkait penerbitan saham baru lewat rights issue perseroan di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Singapura.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengungkapkan, investor antusias dengan berbagai inisiatif strategis BBTN dalam meningkatkan profitabilitas sekaligus mewujudkan visi besar menjadi mortgage digital bank terbesar di kawasan.
“Berbagai pertanyaan yang mereka ajukan menunjukkan bahwa kami memang sudah lama tidak berdiskusi dan menyampaikan business updates ke investor global. Mereka cukup surprise dengan sejumlah perbaikan dan pencapaian BTN,” kata Nixon di Bandung, Sabtu (26/11).
Baca Juga: Simak Target Kredit dan Laba BTN Setelah Rights Issue
Ia bilang, selama ini investor asing melihat masalah likuiditas, struktur biaya dana (cost of fund) dan rasio pembiayaan bermasalah (NPL) sebagai tantangan utama bank.
Menurutnya, investor cukup terkejut bahwa transformasi yang dilakukan BTN selama tiga tahun terakhir telah mengubah fundamental perseroan secara signifikan.
BTN memang berhasil menekan NPL, meningkatkan porsi dana murah (CASA), dan menjaga rasio intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) konsisten berada di ambang batas yang ideal. Alhasil, laba bersih perseroan terus meningkat.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan laba bersih Rp 2,28 triliun, melonjak 50,11% secara tahunan.
Sementara kredit perseroan tumbuh 7,18% secara tahunan menjadi Rp 289,6 triliun per September 2022. Fokus manajemen pada pertumbuhan kredit yang berkualitas berdampak positif ke NPL.
“Sentralisasi proses kredit membuat NPL Gross pada kuartal III berada pada level 3,45%, lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94%, Sedangkan NPL Nett sebesar 1,23%, turun dari posisi 1,50%,” kata Nixon.
Dari sisi funding, manajemen berhasil mengumpulkan CASA hingga Rp 143,59 triliun, tumbuh 18,7% dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. CASA berkontribusi 45% terhadap total DPK senilai Rp 312,84 triliun.
Kenaikan dana murah ini berhasil menekan biaya dana atau cost of fund pada akhir September 2022 menjadi 2,36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,28%.
Baca Juga: Strategi Bank Tabungan Negara (BBTN) Hadapi Tantangan Perbankan Tahun 2023
Nixon menjelaskan investor juga optimistis dengan prospek pembiayaan properti di tanah air sekalipun terdapat tantangan di inflasi, suku bunga dan daya beli. Optimisme muncul setelah diberikan pemahaman tentang bisnis model dan segmen pasar yang dilayani BTN.
Investor mengapresiasi komitmen perseroan yang akan menggunakan seluruh dana hasil rights issue untuk meningkatkan penyaluran kredit.
Angka backlog perumahan sebanyak 12 juta unit itu adalah peluang yang sangat menarik dan mayoritas diwakili oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang selama ini menjadi target pasar BTN.
Nixon bilang, posisi perseroan sebagai tulang punggung pemerintah dalam program KPR bersubsidi meningkatkan keyakinan investor terhadap prospek pertumbuhan BTN.
Setelah menuntaskan kunjungan ke investor institusi di sejumlah negara, BTN optimistis rights issue akan menuai apresiasi positif dari pelaku pasar.
Atas dasar itu, manajemen akan menetapkan harga pelaksanaan (rights) di kisaran premium namun tetap mempertimbangkan potensi cuan untuk investor.
"Angka persisnya tunggu informasi resmi yang akan kami sampaikan di prospektus final. Kisi kisinya, kami akan memberikan diskon sekitar 15% - 20% dari harga saham atau PBV terakhir,” kata Nixon.
Pada akhir pekan lalu, saham BBTN ditutup di level 1.525, mencerminkan PBV 0,76x. Artinya, 1x nilai buku BBTN berada di level Rp 2.040. Analis menilai valuasi saham BTN kemurahan dan belum mencerminkan fundamentalnya. Maka itu, sejumlah sekuritas memberikan rekomendasi beli dengan target harga rata rata di atas Rp 1.900.
Terakhir, RHB Sekuritas menyematkan buy BBTN dengan target harga Rp 2.450, sementara Bahana Sekuritas menetapkan Rp 1.950. Sebelumnya, BRI Danareksa dan MNC Sekuritas juga menyarankan beli dengan target harga di atas Rp 2.200.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19%-20%, dibandingkan catatan September 2022 sebesar 17,3%.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BTN (BBTN) Saat Permintaan KPR Masih Tinggi
“Kami memperkirakan masuknya dana segara baru tersebut akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168.000,” kata mereka dalam risetnya, dikutip Senin (28/11).
RHB Sekuritas juga memberikan pandangan positif terhadap persetujuan penjualan aset-aset yang tidak produktif atau NPL secara bulk sales lewat skema aset swap atau tukar guling aset dengan surat berharga. Sebab, aksi ini diprediksi bisa membebaskan biaya provisi perseroan senilai Rp 700 miliar, menurunkan NPL berkisar 0,06%, dan LAR sebesar 0,18%.
“Perseroan telah mendapatkan persetujuan untuk menjual aset senilai Rp 1,1 triliun dengan target transaksi tuntas pada kuartal terakhir tahun ini. Penjualan aset dengan cara bulksales lewat skema aset swap dengan surat berharga,” terangnya.
Terkait pertumbuhan kredit BTN tahun ini, dia mengatakan, diproyeksikan mencapai angka 9%-10%. Target tersebut didasarkan pencapaian kredit perseroan yang tumbuh dengan baik sampai September 2022, yaitu pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi mencapai 8,5%.
Begitu juga dengan KPR non subsidi melesat 20,4%. RHB Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News