Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Kendati perekonomian masih berjalan lambat, sektor komoditas tambang terus menunjukan peningkatan. Salah satunya antara lain komoditas tambang batu bara.
Berdasarkan data yang dilansir Bloomberg, harga batubara telah menembus angka US$ 100 per metrik ton. Angka tersebut terus mengalami peningkatan sejak awal bulan September.
Kendati demikian, bankir menilai kenaikan harga batubara tidak yang terjadi saat ini masih belum stabil. Artinya, angka tersebut masih berpotensi untuk mengalami penurunan.
Atas hal itu, bank tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor ini. Ambil contoh PT Bank Bukopin Tbk yang memang fokus menyasar sektor tambang dalam penyaluran kreditnya.
Direktur Utama Bukopin Glen Glenardi menyebut meski masih mempertimbangkan penyaluran kredit ke sektor tambang, pihaknya berharap perbaikan harga batubara mampu membantu peningkatan kualitas kredit tambang di Bukopin.
"Masih perlu pertimbangan karena harga yang terjadi masih belum stabil. Yang pasti dengan perbaikan harga, bisa membantu kredit tambang Bukopin yang telah direstrukturisasi," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (14/9).
Lebih lanjut Glen menambahkan, sampai dengan pertengahan kuartal III 2017 ini pihaknya telah menyalurkan sekitar US$ 65 juta kredit ke sektor tambang. Adapun, dari jumlah itu, sekitar US$ 15 juta sudah direstrukturisasi.
"Sangat terbantu dengan harga yang membaik, sementara sisanya masih dinego dengan beberapa investor," tambahnya.
Kendati tidak dapat menyebutkan sumbangan non performing loan (NPL) dari sektor komoditas tambang batubara terhadap kinerja perseroan. Glen menyebut sektor ini memang menjadi salah satu penyumbang terbesar kredit bermasalah perseroan.
Merujuk pada presentasi perusahaan kuartal II 2017, sektor pertambangan menyumbang 31,46% dari total NPL perseroan. Disusul oleh sektor perdagangan 26,62%, konstruksi 9,51% dan lainnya 32,41%.
Adapun, tercatat rasio NPL bank bersandi saham BBKP ini sebesar 4,6% per Juni 2017, naik dibanding periode tahun lalu 3,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News