Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk mematok pertumbuhan kredit konservatif pada tahun depan. Sebab, Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi menilai, tahun 2018, iklim ekonomi masih belum akan membaik.
Glen mengatakan, tahun depan, pihaknya mengincar pertumbuhan kredit masih di level 8%. "Pertumbuhan makro saja masih 5,1% sampai 5,2%, belum lagi tahun depan akan masuk tahun politik, ditambah isu internasional dan harga komoditas yang kemungkinan akan naik," katanya saat ditemui di Bogor, Jumat (15/12).
Adapun, untuk tahun ini, Bukopin hanya mematok pertumbuhan tipis yakni di kisaran 6%. Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan bulan Oktober 2017, Bukopin masih mencatatkan kredit tumbuh di level stagnan.
Tercatat total kredit yang disalurkan perseroan mencapai Rp 69,74 triliun, jumlah tersebut hanya naik 0,02% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 68,01 triliun.
Glen mengatakan, perlambatan kredit tahun ini dikarenakan pihaknya masih dalam proses konsolidasi dan perbaikan kualitas kredit. "Kami memang masih pelajari per sektor, ada beberapa yang kita hindari seperti pertambangan. Intinya Bukopin masih wait and see dan saat ini perdagangan masih menjadi sasaran," paparnya.
Catatan saja, sampai akhir September 2017, bank berkode saham BBKP ini mencatat kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) masih naik cukup tinggi yakni mencapai level 4,87%. Jumlah ini naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,37%.
Lebih lanjut, meski pertumbuhan kredit dipatok tumbuh tipis di tahun depan, Glen menyebut, pihaknya akan terus menggenjot kredit terutama dari segmen mikro.
Gambaran saja, sampai November 2017, Bukopin mengatakan realisasi kredit mikro mencapai Rp 11 triliun sampai Rp 12 triliun. Jumlah tersebut dinilai naik cukup tajam mencapai dua digit.
Tahun depan, bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Bosowa Corporindo ini akan meningkatan realisasi kredit mikro yakni mencapai Rp 15 triliun. "Kita ingin mikro tumbuh 30%, saat ini sekitar Rp 11 sampai Rp 12 triliun, tahun depan kita target menjadi Rp 15 triliun," ungkapnya.
Salah satu strategi yang dilakukan untuk menggenjot kredit antara lain dengan meningkatkan realisasi dana murah (CASA). Hal ini dilakukan guna menekan biaya dana atau cost of fund ke level rendah, agar perseroan dapat menawarkan kredit dengan bunga yang rendah.
Asal tahu saja, sampai dengan bulan Oktober 2017 bank Bukopin mencatat perolehan DPK mencapai Rp 85,09 triliun atau naik 15,03% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara CASA naik 30,44% yoy menjadi Rp 28,73 triliun. Porsi CASA terhadap total DPK juga naik dari 29,78% di Oktober 2016 menjadi 33,76% per Oktober 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News