Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kue bisnis dompet elektronik di Tanah Air semakin lezat. Bukan hanya perbankan saja, perusahaan teknologi finansial (tekfin/fintech) juga sudah mulai mencicipi. Tak mau kalah saing, bank besar yang terhimpun dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) pun tengah melakukan konsolidasi melalui pembentukan platform digital bertajuk LinkAja.
Diprakarsai oleh anak usaha Telkom yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), LinkAja akan mulai beroperasi besok (22/2) sebagai peleburan dari dompet digital milik Telkomsel yakni Tcash.
Nantinya, platform ini akan diperkuat dengan masuknya Bank BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. Namun, sumber Kontan.co.id mengatakan, peluncuran LinkAja secara penuh baru akan terlaksana di 1 Maret 2019.
Pengelolaan dan operasional LinkAja akan secara penuh berada di bawah kendali PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang didirikan Telkomsel pada 21 Januari 2019. Pada awal Maret 2019, LinkAja akan dibanderol bersama dengan dompet digital milik BUMN. Antara lain, e-cash milik Mandiri, UnikQu dan yap! BNI, TBank dan MyQR milik BRI serta MyPertamina.
Terkait dengan pembagian jatah, enam BUMN akan memiliki porsi sahamnya masing-masing di Finarya. Meski belum terjawab, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan kalau pihaknya bakal mengambil porsi saham sebesar 7%. Sayangnya, belum diketahui porsi kepemilikan saham oleh BUMN lainnya.
Lebih lanjut, sumber Kontan.co.id menyebut masing-masing bank akan tetap mendukung produk digital LinkAja sesuai porsinya masing-masing. "Nanti satu perusahaan ini yang menjalankan operasional LinkAja, bank tetap support dari sisi modal dan lain juga (marketing dan infrastruktur)," terangnya, Kamis (21/2).
Peluncuran platform digital milik BUMN ini juga sudah mendapat lampu hijau dari pihak Bank Indonesia. Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan izin Finarya (LinkAja) untuk uang elektronik sudah masuk ke kantong BI. Prosesnya sejauh ini sudah baik, berikut pula terkait permohonannya.
Dia menjelaskan, LinkAja juga sudah melengkapi persayaratan dokumen, dan kini sudah mencapai dalam tahap akhir persetujuan dan perizinan BI.
"Tampaknya ini sudah tahap akhir dan mudah-mudahan bisa direalisasikan dalam waktu dekat," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/2).
Lewat penggabungan platform pembayaran milik plat merah ini, diharapkan BUMN bisa lebih bersaing dengan pemain besar dompet elektronik di Tanah Air saat ini seperti OVO dan Go-Pay.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia mengatakan pihaknya tidak ingin bersaing dengan tekfin perihal bisnis dompet elektronik. Sebab, menurutnya kedua belah pihak harus saling berkolaborasi dan berbagi keuntungan.
"Harus imbang, siapa yang investasi itu yang mendapatkan untung, siapa yang memberikan value (nilai) tentu akan mendapatkan return on investment," ujarnya. Pihaknya juga menyebut masing-masing bank juga harus berkolaborasi.
Misalnya, perbankan memiliki kelebihan dari sisi merchant dan infrastruktur, fintech tentunya dari sisi inovasi dan teknologi.
"Sekarang kan sudah kolaborasi, uangnya di kita. Dompet (digital) di mereka," jelasnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pihak regulator sistem pembayaran agar kue digital makin menarik yakni terkait standarisasi.
"Sebelum ada interoperabilitas harus ada standard dulu, dari segala sisi misalnya keamanan, data harus kemana, uang larinya kemana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News