Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 4,75% belum berdampak ke bunga floating Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) bank umum segmen KPR masih di 9,23%. Adapun SBDK KPR bank KBMI IV di kisaran 9%-10%.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat SBDK segmen KPR di 9,20%, dengan margin keuntungan sekitar 2,12% per 8 September 2025. Sementara PT Bank Central Asia (BCA) memiliki SBDK 9,44% dengan margin keuntungan 4,65% per 31 Agustus 2025.
Selanjutnya PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mematok SBDK segmen KPR di 10% dengan margin keuntungan 3,46% per 1 September 2025. Sedangkan PT Bank Mandiri menetapkan bunga KPR di 12% dengan margin keuntungan 2,60% per 31 Agustus 2025.
Baca Juga: BI Rate Turun, KPR Syariah Tetap Merekah
Executive Vice President Consumer Loan BCA, Welly Yandoko menyebut, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia akan menjadi salah satu pertimbangan bank dalam menentukan suku bunga kredit meskipun hal ini tidak serta merta menurunkan suku bunga kredit di KPR BCA.
"Kami terus menerus melakukan kajian mengenai suku bunga ini di internal dan tentu juga sambil memantau perkembangan pasar," ungkap Welly kepada kontan.co.id, Kamis (18/9/2025).
Pihaknya disebut perlu memperhitungkan beberapa aspek, selain dari suku bunga acuan kredit yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, juga harus memperhatikan kondisi suku bunga di Industri KPR serta mempertimbangkan kondisi internal bank seperti kondisi likuiditas, rasio CASA dan tingkat NPL bank.
Namun demikian, penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat mendorong perputaran aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Dari sisi industri properti sendiri, penurunan suku bunga kami harap bisa menjadi booster untuk meningkatkan transaksi jual beli properti dan meningkatkan peluang penyaluran KPR. Cicilan KPR yang perlu dibayar nasabah juga akan lebih ringan, sehingga memperkecil kemungkinan menunggak cicilan KPR," jelasnya.
Per semester I 2025, BCA telah menyalurkan kredit KPR sebesar Rp 137,6 triliun, meningkat sebesar 8,4% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Namun kata Welly jika dibandingkan dengan peningkatan pada semester I pada tahun 2024 lalu, pertumbuhan KPR pada tahun 2025 ini memang mengalami tren penurunan, seiring dengan kondisi pasar properti yang mengalami kelesuan sehingga berdampak ke turunnya permintaan kredit.
Mempertimbangkan tantangan-tantangan yang perlu dihadapi pada tahun 2025 ini, membuat manajemen BCA menentukan target penyaluran kredit tahun ini moderat sebesar 6-8% dengan tingkat NPL yang masih cukup terjaga di bawah industri.
Baca Juga: BCA Expo 2025 Hadir Lagi, Tawarkan KPR Mulai Bunga 1,65% dan Promo Kendaraan
Direktur Consumer Banking BNI, Corina Leyla Karnaliers menyebut, turunnya suku bunga acuan memberi sinyal positif terhadap penyaluran KPR. Tapi menurut dia, bunga kredit akan menyesuaikan penurunan biaya dana.
"Perlu waktu beberapa bulan untuk biaya dana perbankan bisa mengikuti penurunan BI rate. Selain itu, faktor persaingan di pasar juga menjadi pertimbangan bank," kata Corina.
Pada semester I 2025, BNI mencatatkan pertumbuhan KPR sebesar 9,9% menjadi Rp 68,4 triliun.
Adapun Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, bank susah menurunkan bunga KPR karena biaya dana untuk mendapatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga masih tinggi, tidak sedikit bank yang memberikan special rate untuk deposito, dengan kucuran likuiditas ke bank dengan bunga yang lebih rendah maka bank ada kelonggaran utk menurunkan bunga kredit KPR.
Baca Juga: Ada Usulan Suku Bunga KPR FLPP Naik untuk Menjaga Margin, Begini Kata Perbankan
“Dalam waktu tidak lama harusnya bunga KPR mulai dapat diturunkan bank,” kata Trioksa.
Penurunan bunga juga disebut dapat berdampak pada penurunan NPL karena kemampuan membayar akan lebih baik dengan biaya bunga yang menurun.
Menurut Trioksa, untuk peningkatan KPR kembali lagi kepada demand dan demand bergantung pada daya beli, bila membaik maka akan kembali bergairah. Dari sisi bank juga disarankan dapat efisien sehingga bunga KPR dapat turun.
Baca Juga: Penyaluran KPR BPD DIY Masih Tumbuh 15% per Agustus 2025
Selanjutnya: Kasus Keracunan MBG Kembali Terjadi, Kepala BGN Buka Suara
Menarik Dibaca: 4 Penyebab Ketiak Tetap Bau meski Sudah Pakai Deodoran, Perhatikan Cara Penggunaannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News