kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.605.000   16.000   0,62%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Tantangan Industri Asuransi Umum pada 2026, Ekonomi Melambat, Klaim Kredit Tinggi


Minggu, 28 Desember 2025 / 20:14 WIB
Tantangan Industri Asuransi Umum pada 2026, Ekonomi Melambat, Klaim Kredit Tinggi
ILUSTRASI. Pertumbuhan Nasabah Asuransi Jiwa di Indonesia (KONTAN/Carolus Agus Waluyo). Prospek industri asuransi umum 2026 diprediksi stagnan akibat perlambatan ekonomi dan tekanan kualitas kredit. Simak analisis Irvan Rahardjo.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri asuransi umum pada 2026 diperkirakan belum menunjukkan perbaikan signifikan. Pertumbuhan sektor ini masih akan dibayangi oleh perlambatan ekonomi nasional serta tekanan kualitas kredit.

Pengamat asuransi Irvan Rahardjo menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan stagnan di kisaran 5% pada 2026, sesuai proyeksi Bank Dunia, akan membatasi ruang ekspansi industri asuransi umum.

Angka tersebut berada di level yang sama dengan proyeksi pertumbuhan hingga akhir 2025. “Dengan  demikian  pertumbuhan  asuransi  umum  tahun  depan tidak lebih baik dari tahun 2025 ini," kata Irvan kepada Kontan, Minggu (28/12/2025).

Baca Juga: Rasio Klaim Industri Asuransi Umum Membaik Menjadi 36% pada Semester I-2025

Ia menambahkan, tantangan utama datang dari rendahnya daya beli masyarakat akibat terbatasnya penciptaan lapangan kerja serta masih tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi ini berpotensi menekan permintaan produk asuransi secara keseluruhan.

Di sisi lain, tingginya klaim asuransi kredit menjadi sinyal memburuknya kualitas kredit. Menurut Irvan, kondisi tersebut tidak terlepas dari praktik penetapan harga premi yang belum sepenuhnya mencerminkan tingkat risiko. 

“Klaim asuransi kredit yang tinggi mengindikasikan kualitas kredit yang rendah, sementara pricing belum sesuai dengan risiko yang ditanggung,” jelasnya.

Baca Juga: Asuransi Umum Redam Rasio Klaim

Irvan menyebut, lini usaha utama yang masih menjadi andalan industri asuransi umum meliputi asuransi properti, asuransi kendaraan bermotor, dan asuransi kredit. Namun, masing-masing lini tetap menghadapi tantangan, terutama praktik underpricing yang masih marak di industri.

Untuk menjaga keberlanjutan bisnis, Irvan menilai pelaku industri perlu memperkuat strategi melalui peningkatan sinergi dan kolaborasi dengan sektor perbankan.

Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah penerapan mekanisme berbagi risiko atau burden sharing antara bank dan perusahaan asuransi.

Baca Juga: AAUI Optimistis Industri Asuransi Umum Tetap Tumbuh Meski Dibayangi Tekanan Klaim

“Sudah bukan waktunya lagi perbankan menjadikan asuransi hanya sebagai sumber fee based income. Perbankan juga perlu mempertimbangkan peran asuransi sebagai penanggung risiko,” tuturnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi asuransi umum dan reasuransi tercatat sbnesar Rp 123,92 triliun per Oktober 2025. Angka tersebut masih tumbuh 2,33% secara tahunan (YoY).

Selanjutnya: Perkuat Infrastruktur Laboratorium & Digitalisasi, DGNS Siapkan Capex Segini di 2026

Menarik Dibaca: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×