kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Bunga GWM sebesar 1,5% dinilai bankir tak terlalu signifikan


Rabu, 03 Juni 2020 / 19:54 WIB
Bunga GWM sebesar 1,5% dinilai bankir tak terlalu signifikan
ILUSTRASI. Nasabah di Kantor Cabang Bank Sahabat Sampoerna, Jumat (8/8). Bunga GWM sebesar 1,5% dinilai bankir tak terlalu signifikan. KONTAN/Baihaki/9/8/2014


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberlakuan bunga 1,5% bagi penempatan giro wajib perbankan di Bank Indonesia disambut baik, lantaran perbankan bisa dapat pendapatan tambahan. Meski demikian sejumlah bankir tak mau buru-buru meningkatkan rasio giro wajib minimum (GWM).

Secara sederhana memang ada potensi pendapatan tambahan dari kebijakan ini. Dari catatan LPS, perbankan menghimpun dana pihak ketiga Rp 6.207 triliun per April 2020, dengan asumsi rasio GWM 3,5% maka ada Rp 217,24 triliun yang ditempatkan bank di BI. Dengan bunga 1,5%, maka industri perbankan bakal dapat pendapatan tambahan Rp 3,25 triliun.

Baca Juga: BNI: Penurunan bunga deposito tergantung likuiditas

“Secara nominal tidak terlalu signifikan, mengingat cost of fund (CoF) DPK lebih tinggi dari bunga 1,5%. Namun dalam situasi seperti ini, pemberian bunga ini memang bisa memberi insentif buat perbankan, dan menunjukkan dukungan regulator ke industri,” kata Direktur Keuangan PT Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra kepada Kontan.co.id, Rabu (3/6).

Hengky menambahkan masih akan menjaga rasio GWM sebagaimana ketentuan BI sebesar 3,5%. Dengan DPK per April 2020 Rp 8,96 triliun, perseroan berpotensi meraih pendapatan tambahan Rp 4,70 miliar.

Sementara Direktur Business Support PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk (SDRA) Sadhana Priatmadja juga mengaku mesti melakukan kalkulasi dengan matang untuk meningkatkan rasio GWM. Dengan DPK Rp 19,28 triliun ada potensi tambahan pendapatan Rp 10,12 miliar buat Bank Woori dari kebijakan ini.

“Untuk menambah penempatan GWM, tentu mesti dihitung dulu dengan tepat agar pendapatan bunganya juga optimal. Secara umum kebijakan ini sangat baik, karena bank bisa dapat tambahan pendapatan,” katanya kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Bankir pastikan tren penurunan bunga deposito bakal berlanjut

Sedangkan Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah juga menilai perbankan tak akan serta merta meningkatkan rasio GWM meskipun kini telah berbunga.

Alasannya ada atau tiada bunga, penempatan GWM sudah menjadi kewajiban buat perbankan, pun bunga 1,5% yang diberikan juga terhitung rendah.

“Ini hanya insentif buat bank, meskipun saya rasa bank tidak akan menempatkan dananya di BI karena bunganya kecil. Kalau ada likuiditas lebih, lebih menguntungkan untuk menempatkan dana pada SUN atau SBN karena bunganya lebih tinggi,” katanya kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Penyaluran KPR akan semakin tertekan di triwulan II

Meski demikian, Efdinal mengaku rasio GWM perseroan selalu dijaga di atas level minimum, rata-ratanya mencapai 4,85%. Dengan asumsi tersebut dan DPK per April 2020 senilai Rp 2,18 triliun, Bank Oke berpotensi raih pendapatan Rp 1,58 miliar.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers daring bilang bunga 1,5% diberikan salah satunya untuk mendukung likuiditas perbankan dalam upaya restrukturisasi kredit terimbas pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×