Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi masyarakat yang berkeinginan segera punya rumah sebaiknya rencana itu segera direalisasikan. Mumpung perbankan saat ini masih belum menaikkan bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), bahkan masih ada yang menawarkan promo-promo bunga.
Ke depan tren suku bunga KPR akan mengalami kenaikan. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan suku bunga bunga acuannya 25 basis point (bps) ke level 3,75%.
Perbankan memperkirakan BI masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,5%-1% tahun ini sehingga akhir tahun bakal jadi 4,75%. Langkah ini diperkirakan akan dilakukan bank sentral untuk meredam inflasi yang berpotensi akan semakin tinggi pasca kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pada umumnya, kredit konsumer merupakan segmen kredit yang paling cepat mengalami penyesuaian kenaikan begitu BI rate naik. Salah satunya adalah KPR.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BTN) menyebutkan ke depan pasti akan terjadi kenaikan suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah sebagai transmisi dari kenaikan bunga BI.
Baca Juga: Bos BTN Optimis Pertumbuhan Kredit Perumahan Tahun Depan Akan Lebih Tinggi
"Kenaikan bunga BI pasti akan ditransmisikan ke bunga dana, selanjutnya ditransmisikan ke bunga kredit. Secara umum bunga kredit akan naik ke depan," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Utama Bank BTN dalam paparan publik, Kamis (15/9).
Sejauh ini, BTN masih mempertahankan bunga KPR sebelumnya. Bahkan, Haru mengklaim, ada beberapa keringanan dan program promo yang ditawarkan KPR BTN saat ini. Hal itu tak lepas dari kondisi likuiditas bank yang masih aman.
Padahal dengan kenaikan bunga acuan BI dan ditambah dengan normalisasi kebijakan giro wajib minimum (GWM) dari semula 7% menjadi 9% per 1 September 2022, bank seharusnya bisa langsung menaikkan bunga kredit. Haru bilang, kenaikan GWM itu cukup besar dampaknya terhadap likuiditas bank. Dana masyarakat yang disimpan di bank untuk disalurkan ke kredit langsung berkurang.
Namun, Haru menjelaskan bahwa kenaikan bunga acuan BI bukan merupakan komponen tunggal yang mempengaruhi bunga kredit perbankan.
Sehingga saat BI rate naik, BTN tidak serta merta menaikkan bunga KPR. Ia bilang, ada faktor lain yang harus diperhatikan yakni biaya dana, likuiditas, dan persaingan di pasar.
"Saat ini kami belum menaikkan bunga kredit. Kita masih perlu melihat bulan depan dan bulan depannya lagi. Inin harus diperhatikan dalam menjaga keseimbangan antara permintaan dan bunga kredit. Jangan hanya karena kita mau jaga margin, bunga kredit langsung naik. Harus dijaga keseimbangannya agar jangan sampai permintaan turun," jelas Haru.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik, BCA Belum Kerek Bunga Kredit
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mengaku masih belum menaikkan bunga kredit, termasuk KPR. Pasalnya likuiditas bank ini masih ample dan biaya dananya masih rendah karena memiliki rasio CASA yang sangat tinggi.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA, mengatakan perseroan berharap masih akan mempertahankan suku bunga kredit yang ada saat ini hingga akhir tahun.
"Kenaikan bunga BI tidak terlalu berdampak ke bisnis. Sejauh ini kami belum naikkan bunga kredit, harapannya bisa kami pertahankan yang sudah ada sampai akhir tahun. Untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) justru kami berikan promo saat ini," katanya.
Dengan tetap menjaga suku bunga kredit, BCA yakin target kredit yang sudah ditetapkan perseroan tumbuh 8%-10% tahun ini bisa tercapai. BCA melihat permintaan kredit saat ini terus mengalami peningkatan sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.
Saat ini, BCA masih melangsung BCA Expo Hybrid hingga 10 Oktober 2022. Selama perhelatan itu, bank ini menawarkan bunga KPR fix 3 tahun 3,85% untuk minimum tenor 10 tahun, lalu ada fix 5 tahun sebesar 4,85% dengan minimal tenor 10 tahun, fix 8 tahun 6,25% dengan minimum tenor 15 tahun dan fix 10 tahun 6,75% dengan minimum tenor 15 tahun.
BCA menjelaskan batas aplikasi masuk terhitung sejak 1 September–10 Oktober 2022 dengan batas realisasi pada 27 Desember 2022. Selain itu, BBCA juga memberikan potongan administrasi sebesar 50% dan diskon asuransi jiwa 15%.
Sementara itu, untuk promo KKB BCA berlaku khusus pasangan new car dan dealer partisipan. Program suku bunga spesial ini di antaranya fix 1 tahun dengan flat rate 2,25% fix 2 tahun flat 3,15%, fix 3 tahun flat 2,95%, dan fix 4 tahun flat 3,75%.
Adapun, total kredit BCA di kuartal II-2022 meningkat Rp 38,2 triliun dibandingkan kuartal sebelumnya, menjadi rekor pertumbuhan kredit tertinggi secara kuartalan (QoQ).
Pertumbuhan kredit BCA terjadi di seluruh segmen, terutama ditopang kredit korporasi yang naik 19,1% yoy mencapai Rp 310,2 triliun per Juni 2022. Kredit komersial dan UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi kedua, naik 10,9% yoy mencapai Rp 197,5 triliun.
Sementara itu, KPR BCA tumbuh 8,5% yoy menjadi Rp101,6 triliun. KKB naik 4,8% yoy menjadi Rp43,2 triliun, setelah rebound dari tekanan di masa pandemi. Saldo outstanding kartu kredit BCA juga tumbuh 10,7% yoy menjadi Rp 12,7 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 7,6% yoy menjadi Rp 160,5 triliun.
Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 13,8% yoy menjadi Rp 675,4 triliun per semester I 2022. Sehubungan dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan (sustainable), portofolio BCA tumbuh sebesar 21,8% yoy menjadi Rp 169,5 triliun per Juni 2022.
PT Bank Mandiri Tbk juga tidak serta merta menaikkan suku bunga kreditnya begitu BI rate naik. Pasalnya, likuiditas bank ini saat ini masih sangat ample.
Selain likuditas, Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan penyesuaian suku bunga kredit juga memperhatikan kondisi usaha debitur dan persaingan di pasar.
Namun, Bank Mandiri memperkirakan suku bunga BI masih akan naik tahun ini karena kenaikan harga BBM. "Kenaikan BBM akan mendorong inflasi. Karena itu, BI kami perkirakan akan menaikkan bunga 50-100 bps hingga jadi 4,75% pada akhir 2022," kata Sigit.
Itu artinya, tren suku bunga kredit ke depan, termasuk KPR, akan mengalami kenaikan. Apalagi permintaan kredit semakin meningkat dan likuiditas bank semakin berkurang akibat kenaikan GWM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News