Reporter: Aldehead Marinda | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) perluas sektor cakupan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang berlaku mulai 1 Juni mendatang. Perluasan sektor cakupan itu dilakukan BI guna meningkatkan penyaluran kredit perbankan di tanah air.
Kebijakan tersebut tersebut diharapkan dapat menambah likuiditas ke perbankan sebesar Rp 81 triliun di pertengahan tahun ini dan diperkirakan bisa mencapai Rp 115 triliun hingga akhir tahun 2024.
Kebijakan BI soal insentif likuiditas makroprudensial tersebut ditanggapi positif oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang tetap mempertahankan target penyaluran kredit hingga akhir tahun.
Direktur Utama Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan mengatakan, akan tetap melakukan monitoring terhadap perkembangan kebijakan BI ini ke depannya.
Dia menambahkan bahwa bicara soal kekuatan CIMB Niaga, hingga saat ini likuiditas CIMB Niaga disebut mumpuni dan longgar di angka 83%-85% an.
Di samping itu Lani juga menyebut soal nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) dan pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) CIMB Niaga yang cukup baik di angka 9% an.
Baca Juga: Begini Dampak Kenaikan Bunga Acuan ke Kinerja Perbankan di Tanah Air
“Saat ini likuiditas CIMB Niaga cukup longgar di 83- 85% an LDR dan pertumbuhan CASA juga cukup baik di sekitar 9% an.” ujar Lani kepada Kontan (26/4).
Dilansir dari laporan keuangan per Februari 2024 CIMB Niaga mencatatkan total penyaluran kredit mereka mencapai Rp 199,5 triliun (termasuk dengan pembiayaan syariah), dengan cakupan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 246,6 triliun serta total aset bank mencapai Rp 328,6 triliun.
Lani tidak menampik bahwa kenakan suku bunga BI yang menjadi 6,25% turut memberikan tekanan terhadap tambahan likuiditas CIMB Niaga. Dengan demikian dirinya menyebut serangkaian hal yang akan diterapkan CIMB Niaga untuk mengantisipasi penurunan kinerja di periode berjalan di antaranya,
“Kami akan assess detail insentif baru dan terus fokus di pertumbuhan DPK. Dalam situasi seperti ini likuiditas yg utama. Loan tetap berjalan tetapi memang harus lebih selektif karena bunga yang berpotensi naik,” ucap Lani.
Menurut Lani CIMB Niaga belum memiliki rencana untuk menurunkan target pertumbuhan kredit mereka sebagaimana tercatat dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Adapun angka target kredit tersebut diperkirakan akan tumbuh 8% hingga akhir tahun 2024.
“Saat ini kami belum merevisi RBB untuk pinjaman. Kami monitor dulu saja perkembangan nya.” tutup Lani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News