Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Cuaca buruk di Indonesia beberapa waktu belakangan ini berdampak pada industri asuransi. Tidak hanya berpotensi mengerek klaim harta benda karena banjir, namun juga berpotensi mengganggu bisnis asuransi marine cargo.
Direktur Keuangan Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) Syamsuddin mengatakan bahwa cuaca buruk mengurangi datangnya premi dari asuransi marine cargo. "Di bulan Januari ini, kami menghitung cuaca buruk mengurangi sekitar 30% atau sekitar Rp 7-8 miliar dari pendapatan premi yang seharusnya," ujar Syamsuddin kepada KONTAN pada Senin (27/1).
Ia menjelaskan, bisnis asuransi marine cargo bergantung pada frekuensi perjalanan darat dalam distribusi kontainer dan kapal jasa pengiriman barang. Dengan cuaca buruk, bisa mengurangi dua hal tersebut frekuensi perjalanan kapal.
Bisnis asuransi marine cargo di ASEI sendiri, sepanjang 2013, berhasil menyumbangkan sekitar Rp 71-72 miliar. Hal tersebut setara dengan 7% dari portofolio bisnis ASEI.
Presiden Direktur Bosowa Asuransi, Frits Salawati mengatakan bahwa cuaca buruk berpotensi mengganggu bisnis asuransi cargo. "Jika cuaca terus buruk seperti saat ini, bisnis asuransi cargo bisa melambat dan stagnan," ujar Frits pada Senin (27/1).
Ia menjelaskan ada kapal yang tetap melaju di cuaca buruk pun, menjadi objek yang beresiko besar, sehingga potensial klaim. "Jika terlalu berisiko, kami tidak cover itu," ujar Frits. Padahal dalam keadaan normal, klaim rasio dari lini bisnis itu tidak besar, hanya sekitar 15%.
Sepanjang 2013, asuransi marine cargo berhasil mengemas pendapatan premi sebesar Rp 10,24 miliar di 2013, menguat 23,37% dari Rp 8,4 miliar pada 2012. Catatan tersebut setara dengan sekitar 5-6% portofolio total Bosowa Asuransi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News