kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daftar Bank dengan Modal Inti Kurang Rp 3 Triliun (Ada Hak Jawab)*


Senin, 07 November 2022 / 05:59 WIB
Daftar Bank dengan Modal Inti Kurang Rp 3 Triliun (Ada Hak Jawab)*
ILUSTRASI. Daftar 23 Bank Yang Terancam Dimerger Paksa, Nasabah Wajib Tahu!


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Maizal Walfajri | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengumuman untuk nasabah yang menyimpan dana di bank-bank kecil. Sejumlah bank berpotensi dilakukan penggabungan atau merger paksa karena tidak memenuhi aturan modal inti minimal.

Tidak ada efek negatif untuk nasabah jika bank tempat menyimpan uang tersebut dimerger. Uang nasabah tetap aman tersimpan di bank meskipun merger.

Merger bank kecil terpaksa dilakukan untuk memenuhi aturan modal minimal. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan bank harus memiliki modal inti minimal Rp 3 triliun paling lambat akhir tahun 2022.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2022 dan sebagian per Juni 2022 yang ditelusuri Kontan.co.id,  terdapat setidaknya 23 bank umum, di luar Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang memiliki modal inti di bawah Rp 3 triliun.

Namun, dari jumlah itu hanya 19 bank yang wajib memenuhi memenuhi angka tersebut. Empat bank lagi merupakan bagian dari kelompok usaha bank (KUB) sehingga modal inti yang dipersyaratkan cukup minimal Rp 1 triliun, di antaranya Bank Raya, BCA Syariah, Bukopin Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah.

Baca Juga: Bankir Mewaspadai Likuiditas Valuta Asing

Sementara sepanjang kuartal III 2022, baru ada tiga bank yang sudah berhasil memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun. Ketiganya adalah Bank Multiarta Sentosa Tbk (MASB) dimana per September sudah punya modal inti Rp 3,05 triliun, Bank Jasa Jakarta dengan modal Rp 5,99 triliun, dan Bank Mayora Per September Rp 4,22 triliun.

Berikut daftar Bank dengan Modal Inti di bawah Rp 3 triliun Per September 2022:

1. Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dengan modal inti Rp 2,969 triliun

2. Bank Victoria International Tbk (BVIC) Rp 2,503 triliun

3. Bank Ina Perdana Tbk (BINA) Rp 2,328 triliun

4.Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) Rp 2,236 triliun

5. Bank Jtrust Tbk (BCIC) Rp 2,762 triliun

6. Bank Ganesha Tbk (BGTG) Rp 2,158 triliun

7. Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) Rp 2,113 triliun

8. Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI)  Rp 2,131 triliun

9. Bank SBI Indonesia  Rp 2,121 triliun

10.Bank Aladin Syariah Tbk (BANK)  Rp 2,009 triliun

11. Bank MNC Internasional Tbk (BABP) Rp 2,050 triliun per Juni 2022

12. Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) Rp 2,008 triliun

13. Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dengan modal inti  Rp 2,087 triliun

14. Bank Index Selindo dengan modal inti Rp 2,095 triliun

15. Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) Rp 1,839 triliun

16. Bank National Nobu Tbk (NOBU) Rp 1,604 triliun per Juni 2022

17. Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)  Rp 1,347 triliun

18. Bank Prisma Master dengan modal inti  Rp 258 miliar per Juni 2022

19. Bank Victoria Syariah Rp 265,7 miliar

20. Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) Rp 2,116 triliun

21. Bank BCA Syariah Rp 2,844 triliun Per Juni 2022

22. PT Bank Bukopin Syariah Rp 1,109 triliun

23. Bank Panin Dubai Syariah Tbk Rp 2,201 triliun

Merger paksa bank kecil

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, ada tiga opsi yang sedang didiskusikan OJK dengan para pemilik bank bermodal cekal tersebut yang akan diberikan jika tidak ada tanda-tanda bisa memenuhi ketentuan menjelang tenggak waktunya pada akhir Desember 2022.

Pertama, jika tidak ada tanda-tanda bisa memenuhi modal inti Rp 3 triliun menjelang tenggat waktunya maka OJK bisa melakukan merger paksa.

Terkait hal itu, OJK telah menerbitkan Peraturan OJK No 18 tahun 2022 tentang Perintah Tertulis yang berlaku efektif pada 17 Oktober 2022. "POJK ini dikeluarkan untuk memastikan (pemenuhan modal inti) itu bisa terpenuhi," kata Dian, Kamis (3/11).

Kedua, OJK mempertimbangkan untuk menurunkan status bank tersebut dari bank umum menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Ketiga, OJK akan meminta bank tersebut melakukan likuidasi secara sukarela jika pemilik bank tidak memiliki opsi lain.

Sementara dari 19 bank yang wajib memenuhi modal inti Rp 3 triliun itu, masih ada yang bahkan memiliki modal inti di bawah Rp 1 triliun yakni Bank Prima Master.

Sebelumnya dikabarkan bahwa Bank Mandiri melakukan penjajakan untuk mengakuisisi Bank Prima Master. Menjawab kabar itu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha dalam Keterbukaan ke BEI pada 12 Agustus 2022 lalu mengatakan sampai saat itu pihaknya belum memiliki rencana akuisisi bank.

Sementara Bank Victoria Syariah telah dicaplok PT Victoria Investama Tbk (VICO). Selanjutnya, VICO berdasarkan keterbukaan yang disampaikan di BEI menyebutkan akan melakukan rights issue tahun ini untuk menambah modal bamk syariah tersebut.

Beberapa bank lain yang sudah tercatat di BEI sedang mempersiapkan rights issue  untuk memenuhi kententuan modal inti. Bank Amar misalnya akan rights issue dengan menerbitkan 4,56 miliar saham baru di harga Rp 280 per saham, Bank Ina akan rights issue 2,96 juta saham baru dengan harga Rp 3.600- Rp 4.200 per saham, dan lain-lain.

Adapun rights issue yang paling besar akan digelar oleh Bank Neo Commerce (BNC) di sisa tahun ini dengan target dana segar hingga Rp 5 triliun. 

Bank digital yang dimiliki oleh Akulaku ini telah memiliki modal inti Rp 2,11 triliun per September 2022. Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan menyatakan komitmen untuk memenuhi kewajiban pemenuhan modal inti.

Ia mengatakan tengah menjalankan  proses pelaksanaan Right Issue yang akan rampung di Kuartal IV tahun ini. Sebelumnya ia menyatakan dengan aksi korporasi ini, BNC akan memiliki modal inti hingga Rp 7 triliun guna memacu pertumbuhan bisnis. 

PT Bank Oke Indonesia Tbk misalnya telah mengantongi modal inti Rp 2,96 triliun per September 2022. Bank Dinar telah menawarkan 2,94 miliar saham baru dengan harga Rp 170 per saham. Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie menyatakan aksi korporasi ini sudah dilakukan pada akhir bulan lalu. 

“Penambahan modal ini sesuai komitmen untuk mendukung bisnis khususnya penyaluran kredit. Dengan ini, kami sudah memenuhi ketentuan modal inti minimum,” ujar Hendra kepada Kontan.co.id pada Rabu (2/11). 

Berikut perkembangan rencana pemenuhan ketentuan modal inti  bank-bank bermodal cekak dan modal intinya hingga September 2022:

Ini Upaya 19 Bank Memenuhi Modal Inti

Berikut rangkuman upaya pemenuhan ketentuan modal inti bank dengan modal kurang dari Rp 3 triliun:

1. Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dengan modal inti Rp 2,969 triliun

Bank ini telah menawarkan 2,94 miliar saham baru lewat rights issue dengan harga Rp 170 per saham.  Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie menyatakan aksi korporasi ini sudah dilakukan pada akhir Oktober 2022 lalu.

“Penambahan modal ini sesuai komitmen untuk mendukung bisnis khususnya penyaluran kredit. Dengan ini, kami sudah memenuhi ketentuan modal inti minimum,” ujar Hendra kepada Kontan.co.id pada Rabu (2/11).

2. Bank Victoria International Tbk (BVIC) dengan modal inti Rp 2,503 triliun

Bank ini rights issue dengan menerbitkan maksimal 4,95 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Itu setara  27,54% dari modal ditempatkan pasca rights issue

Berdasarkan prospektus rights issue yang dipublikasikan pada Jumat (21/10), harga pelaksanaan rights issue ditargetkan sekitar Rp 130-Rp 155 per saham.

Dengan target harga tersebut, perseroan berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 644 miliar hingga Rp 768 miliar. Victoria Investama (VICO) sebagai pemegang saham utamanya telah menyatakan akan melaksanakan seluruh atau sebagian HMETD.

3. Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dengan modal inti Rp 2,328 triliun.

Untuk memenuhi ketentuan modal inti, bank milik Salim Group ini sedang  memproses rencana rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 296,8 juta dengan nominal Rp 100 per saham. Itu setara 4,76% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.

Harga rights issue sudah ditetapkan Rp 4.050 per saham sehingga dana segar yang berpotensi diraup mencapai Rp 1,2 triliun. Rencana aksi korporasi ini ditargetkan dapat pernyataan efektif dari regulator pada 16 November ini.

Salim Group melalui PT Indolife Pensiontama sebagai pengendali bank ini sudah menyatakan akan mengeksekusi seluruh haknya dalam rights issue ini yakni sebesar Rp 270,16 miliar. Tidak ada pembeli siaga dalam penambahan modal ini.

Baca Juga: Daftar 23 Bank Yang Terancam Dimerger Paksa, Nasabah Wajib Tahu!

4. Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dengan modal inti Rp 2,236 triliun

Bank yang resmi dikendalikan PT Takjub Financial Teknologi atau Ajaib sejak April 2022 lalu ini akan melakukan rights issue maksimal 1,38 miliar saham dengan nilai nominal Rp100.

Dalam prospektus yang diterbitkan pada Selasa (4/10), rights issue ini dijadwalkan akan diperdagangkan mulai 21-25 November 2022.

5. Bank Jtrust Tbk (BCIC) dengan modal inti Rp 2,762 triliun

Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai, dalam keterangan resminya pada Selasa (1/11) mengatakan, kondisi permodalan Bank semakin kuat dengan adanya penambahan setoran modal dari Pemegang Saham Pengendali yaitu J Trust Co.Ltd di bulan September 2022 sebesar Rp117 miliar sehingga posisi modal inti minimum Bank menjadi Rp2,76 triliun.

Ia bilang, pemegang saham pengendali tersebut berkomitmen memenuhi modal inti minimum Bank paling sedikit sebesar Rp3 triliun sebelum 31 Desember 2022.

6. Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dengan modal inti Rp 2,009 triliun

Saat ini, bank ini dikendalikan oleh pengusaha John Kusuma melalui PT Global Ventures dengan porsi saham 58,01%. Selebihnya dimiliki investor publik.

Untuk memenuhi ketentuan modal itu, Bank Aladin akan melakukan private placement dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 1,37 miliar lembar dengan nominal Rp 100 per saham.

Presiden Direktur Aladin, Dyota Marsudi, dalam keterangan resminya pada 27 Oktober mengatakan bahwa  rencana private placement tersebut sedang berproses saat ini setelah disetujui RUPSLB pada Juli 2022.

Pada April lalu, Bank Aladin telah mengumumkan ada investor baru yang akan masuk yakni ZA Tech Global Limited (ZA Tech), penyedia teknologi asuransi insurtech asal China. Investor tersebut dikatakan telah berkomitmen penuh dalam memperkuat ekosistem bisnis Bank Aladin.

Baca Juga: Bank Digital yang Tertanam dalam Ekosistem Fintech Lanjutkan Pertumbuhan Solid

7. Bank Ganesha Tbk (BGTG) dengan modal inti Rp 2,158 triliun

Bank ini akan rights issue maksimal 7,5 miliar dengan nominal Rp 100 per saham. Jumlah ini setara 45,5% dari modal ditempatkan setelah rights issue. Harga pelaksanaannya telah ditetapkan Rp 120 per saham.

Dalam prospektus yang diterbitkan pada 7 Oktober lalu, manajemn BGTG menyebutkan PT Equity Development Investment Tbk (GSMF)selaku pengendali dengan porsi saham 60,61% tidak akan mengeksekusi semua haknya dan juga tidak ada pembeli siaga rights issue tersebut.

Namun, Equity Global International Limited (EGI) selaku pengendali GSMF, memborong saham dari investor publik di bursa saham selama periode 17-26 Oktober sebanyak 240 miliar atau 14,57%.  Sehingga kepemilikan saham BGTG saat ini menjadi GSMF 50,61%, EGI 14,57%, UOB Kay Hina Pte Ltd 8,43%, dan publik 26,39%.

8. Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dengan modal inti Rp 2,113 triliun

Dalam prospektus pada 3 Agustus 2022, bank ini menyebutkan akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 5 miliar saham.  Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan, mengatakan pihaknya membidik dana Rp 5 triliun dari aksi korporasi itu.

9. Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) dengan modal inti Rp 2,131 triliun

Bank yang kini sudah dikendalikan FinAccel Teknologi Indonesia (Kredivo) ini akan rights issue sebanyak-banyaknya 367,47 miliar saham dengan nominal Rp 100 per saham.

Harga pelaksanaan rights issue itu telah ditetapkan Rp 2.480 per saham. FinAccel dengan kepemilikan saham 75% akan bertindak sebagai pembeli siaga dalam rights issue ini.

Baca Juga: Meskipun OJK Mengklaim Daya Tahan Bank Kuat, 18 Bank Ini Masih Butuh Suntikan Modal

10. Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dengan modal inti Rp 2,050 triliun per Juni 2022

Untuk memenuhi ketentuan modal inti, bank ini sudah dapat izin dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 4 Oktober 2022 untuk menggelar rights issue dengan menerbitkan saham baru seri B sebanyak-banyaknya dengan nominal Rp 50 per saham atau 255 dari modal disetor setelah rights issue.

Hary Tanoesoedibjo mengendalikan saham Bank MNC lewat PT MNC Kapital Indonesia Tbk  dengan porsi kepemilikan saham 48,99% dan Winfly Ltd 15%. Sisanya  36,01% dimiliki oleh investor publik.

Berdasarkan prospektus rights issue BABP dikutip Senin (7/11), tidak terdapat pembeli siaga dalam aksi korporasi itu.  MNC Kapital dalam surat pernyataannya pada 3 Oktober 2022 lalu menyebutkan akan memberikan upaya terbaik untuk melaksanakan dalam rights issue tersebut.

Rencana rights issue ini ditargetkan dapat pernyataan efektif dari OJK pada 24 November 2022. Tanggal cum HMETD pada pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 2 Desember dan di pasar tunai pada 6 November. Adapun periode perdagangan HMETD di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditargetkan pada 8-21 Desember.

11. Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) dengan modal inti Rp 1,839 triliun

Bank ini akan rights issue maksimal 4,56 miliar saham atau 24,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan Rp 280 per saham. Sehingga potensi dana yang akan diraup mencapai Rp 1,28 triliun.

Dalam aksi korporasi ini, Tolaram  selaku pemegang saham utama dan pengendali Bank Amar akan melaksanakan seluruh haknya dan sekaligus jadi pembeli siaga. Saat ini, Investree sudah masuk jadi pemegang saham bank ini dengan porsi 18,4%.

12. Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) dengan modal inti Rp 2,008 triliun

Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/11), BSWD disebutkan akan melakukan rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 2,4 miliar.  Terkait dengan rencana rights issue tersebut, perseroan berencana melakukan RUPSLB pada 15 November 2022.

BSWD merupakan bank yang dikendalikan oleh bank BUMN India yakni Bank of India dengan porsi kepemilikan saham 86,04%. Pemegang saham lainnya adalah PT Panca Mantra Jaya dengan porsi 10,46%, dan  sisanya 3,5% dimiliki investor publik.

13. Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dengan modal inti  Rp 2,087 triliun

Berdasarkan prospektus yang diterbitkan Bank Capital pada Senin (10/10), BACA akan melakukan private placement untuk memenuhi ketentuan modal inti. Bank ini akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 19.946.980.337 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara dengan 72,14% dari modal ditempatkan dan modal disetor setelah private placement.

14. Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)  dengan modal inti Rp 1,347 triliun

Kasikornbank melalui anak usahanya Ksikorn Vision Financial Company Pte. Ltd (KVF) telah rampung mengakuisisi saham Bank Maspion dari Keluarga Alim Markus pada 28 Oktober 2022 lalu.

Kasikornbank kini resmi menguasai 40% saham BMAS. Bank Asal Thailand ini akan memperbesar kepemilikan sahamnya hingga menjadi 67,5% dalam keikutsertaannya dalam rights issue yang akan digelar tahun ini.

Aksi rights issue itu dilakukan BMAS untuk memenuhi ketentuan modal inti. Dalam prospektus yang dipublikasikan pada 2 Agustus 2022, bank ini merencanakan rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4.17 miliar dengan nominal Rp 100 per saham. Itu setara 48,45% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pasca rights issue.

Baca Juga: Ini Daftar 18 Bank yang Belum Miliki Modal Inti Rp 3 Triliun Per September 2022

15.  Bank SBI Indonesia dengan modal inti Rp 2,121 triliun

Bank ini dikendalikan oleh bank BUMN India yakni State Bank of India (SBI) dengan kepemilikan saham 99,34%. Sedangkan 0,66% sisanya dimiliki PT Ravindo Jaya. Hingga saat ini, Kontan.co.id belum bisa mendapatkan informasi baru bagaimana pemenuhan ketentuan modal inti akan dilakukan bank ini.

16. Bank Index Selindo dengan modal inti Rp 2,095 triliun

Pada April 2022 lalu, Funding Societies atau Modalku telah mengumumkan investasi di Bank Index. Investasi ini dilakukan bersama startup jual beli mobil online asal Singapura, Carro.

Co-founder dan CEO Modalku, Reynold Wijaya mengatakan bahwa Bank Index merupakan mitra yang cocok sebab memiliki tujuan yang sama, yakni terkait UKM di Indonesia. "Kerja sama kami dengan Bank Index akan mendukung strategi bisnis Funding Societies," kata Reynold dalam keterangan resminya, Selasa (26/4).

17. Bank National Nobu Tbk (NOBU) dengan modal inti Rp 1,604 triliun per Juni 2022

Bank ini akah menggelar rights issue untuk memenuhi ketentuan modal inti. Namun, belum ada update terbaru yang dilakukan perseroan mengenai rencana tersebut.

Hanya saja, Rapat Umum RUPSLB Independen PT Star Pacific Tbk (LPLI) yang digelar pada 13 Oktober 2022 telah  menyetujui penyertaan modal di PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), dalam bentuk pemasukan aset (Inbreng).

"RUPS menyetujui untuk melakukan penyertaan modal pada perseroan terbatas PT Bank Nationalnobu Tbk dalam bentuk pemasukan aset, termasuk menjadi pembeli siaga dalam penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue) NOBU," ujar Corporate Secretary PT Star Pacific, Heni Widjaja, dalam keterbukaan informasi di laman BEI, Senin (17/10).

Nilai komitmen secara keseluruhan maksimal nilai aset perseroan yang dialihkan yaitu Rp 368 miliar.

18. Bank Prima Master dengan modal inti  Rp 258 miliar per Juni 2022

Sebelumnya dikabarkan bahwa Bank Mandiri melakukan penjajakan untuk mengakuisisi Bank Prima Master. Menjawab kabar itu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha dalam Keterbukaan ke BEI pada 12 Agustus 2022 lalu mengatakan sampai saat itu pihaknya belum memiliki rencana akuisisi bank.

19. Bank Victoria Syariah dengan modal inti Rp 265,7 miliar

Sementara Bank Victoria Syariah telah dicaplok PT Victoria Investama Tbk (VICO). Selanjutnya, VICO berdasarkan keterbukaan yang disampaikan di BEI menyebutkan akan melakukan rights issue tahun ini untuk menambah modal bank syariah tersebut.

* Update (8 November 07.00 WIB): 
Redaksi KONTAN.co.id telah memperbarui judul semula dengan judul yang lebih tepat. Redaksi juga telah menambahkan informasi untuk melengkapi berita sebelumnya.
       

Redaksi juga menerima hak jawab dari Bank Victoria terkait pemberitaan ini. Intinya Bank Victoria menegaskan bahwa modal inti sudah sebesar Rp 2,503 triliun, tidak di bawah Rp 1 triliun seperti sebelumnya tertulis di salah satu paragraf dalam berita ini. Berikut Hak Jawab selengkapnya dari Bank Victoria:

Hak Jawab Atas Pemberitaan di Kontan.co.id

Sehubungan dengan pemberitaan di kontan.co.id tanggal 04 November 2022 dengan judul “Terancam Dimerger Paksa, Ini 23 Daftar Bank dengan Modal Inti di Bawah Rp 3 Triliun” dan tanggal 07 November 2022, dengan judul pemberitaan “Daftar 23 Bank Yang Terancam Dimerger Paksa, Nasabah Wajib Tahu!”, terdapat informasi yang keliru yaitu sebagai berikut:

1.    “Sementara dari 19 bank yang wajib memenuhi modal inti Rp 3 triliun itu, masih ada yang bahkan memiliki modal inti di bawah Rp 1 triliun yakni Bank Prima Master dan Bank Victoria.” dan

2.    “Empat bank lagi merupakan bagian dari kelompok usaha bank (KUB) sehingga modal inti yang dipersyaratkan cukup minimal Rp 1 triliun, di antaranya Bank Raya, BCA Syariah, Bukopin Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah.”.

Dengan ini kami sampaikan fakta bahwa:

1.  Modal inti PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) pada posisi 30 September 2022adalah sebesar Rp 2,503 triliun. Bank Victoria juga telah melakukan penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham sehubungan dengan rencana pengalihan saham PT Bank Victoria Syariah (BVIS) milik Bank Victoria kepada VICO . Penyelesaian rencana divestasi BVIS akan segera dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga setelah dilaksanakannya divestasi BVIS, memberikan dampak positif terhadap peningkatan permodalan Bank Victoria.

Selain itu, Bank Victoria juga tengah mempersiapkan pelaksanaan PMHMETD II tahun 2022 dalam rangka pemenuhan Modal Inti Minimum sebesar Rp 3 triliun di akhir tahun 2022 yang telah memperoleh restu dari Pemegang Saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Victoria yang diselenggarakan pada 19 Oktober 2022 lalu. Pelaksanaan PMHMETD II diatas akan disertai penerbitan waran. Saat ini terdapat komitmen dari pemegang saham yang telah melakukan penyetoran melalui mekanisme Dana Setoran Modal sebesar Rp 200 miliar yang kemudian akan dikonversikan pada pelaksanaan PMHMETD II 2022. Sehingga pemenuhan modal inti minimum Bank Victoria akan ditargetkan untuk dicapai lebih cepat dari target yang ditetapkan.

2. Saat ini Bank Victoria Syariah tergabung dalam Kelompok Usaha Bank Victoria sesuai sesuai dengan Surat OJK No. S-51/PB.331/2020 tanggal 3 Juni 2020, kemudian berdasarkan Pengumuman Ringkasan Rancangan Pengambilalihan Saham BVIS oleh VICO yang dilakukan melalui Surat Kabar Media Indonesia pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2022, telah disampaikan informasi sebagai berikut” Setelah Rencana Pengambilalihan selesai dilaksanakan, BVIS akan menjadi entitas anak VICO secara langsung. Sehingga BVIS akan tetap menjadi anggota KUB Bank Victoria.

Berdasarkan fakta yang telah kami paparkan diatas, kami meminta pihak Kontan.co.id untuk dapat memberitakan hak jawab atas pemberitaan yang tidak tepat pada hari Senin, 07 November 2022 yang lalu.

Demikian informasi dan fakta yang dapat kami sampaikan.

Caprie Ardira,
Corporate Secretary PT Bank Victoria International Tbk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×