Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Kualitas kredit yang baik tersebut tidak terlepas dari proses penyaluran pinjaman BRI yang selalu menerapkan prinsip kehati-hatian atau prudential banking practice dengan menyiapkan pencadangan atau CKPN yang memadai sesuai ketentuan. Agus merinci LAR coverage BRI saat ini berada di level 76%.
"Sehingga, apabila terdapat penambahan eksposur Loan at Risk di tahun depan, misalnya sekitar Rp 1 triliun, kami masih dapat menjaga rasio LAR Coverage di kisaran 70%. Sejauh ini, posisi LAR Coverage tersebut secara umum telah lebih baik dibandingkan rata-rata perbankan lain," kata Agus.
Agus sendiri menyebut pihaknya masih optimistis dengan prospek perusahaan BUMN ke depannya, sehingga ia memproyeksikan tren penurunan LAR di tahun ini masih akan berlanjut hingga tahun 2024, dengan Cost of Credit yang relatif sama dengan tahun 2023, yaitu di kisaran 2,4%.
"Dengan proyeksi tersebut kami berharap dapat menjaga ratio LAR coverage di kisaran 48%-50% dan NPL coverage di kisaran 200%." kata dia.
Sementara itu Corporate Secretary Bank Mandiri Ali Usman mengatakan Bank Mandiri hingga September 2023 berhasil menekan rasio NPL ke level 1,36%, menurun dari rasio NPL tahun lalu di level 1,88% per Desember 2022.
Baca Juga: Menanti Hasil Proses Restrukturisasi BUMN Konstruksi
Selain itu, Loan at Risk Ratio (LaR) (termasuk restrukturisasi covid) juga membaik dari 12,10% pada 22 Desember menjadi 9,87%. Perbaikan ini mendorong adanya penurunan Cost of Credit (CoC) dari 1,21% pada 22 Desember menjadi 0.73% di September tahun ini.
Sejalan dengan adanya perbaikan kualitas portofolio, kecukupan pencadangan juga mengalami penyesuaian yang dapat dilihat dengan adanya peningkatan persentase NPL Coverage mencapai 339,61% di 23 September dari posisi 22 Desember sebesar 311,10%.
"Kami melihat trend perbaikan kualitas kredit ini akan berlanjut sampai FY 2023 dan stabil di 2024 mendatang," kata dia kepada Kontan.
Sementara itu Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) Yuddy Renaldi mengatakan saat ini pihaknya melihat cadangan yang dibentuk sudah mencukupi dari perhitungan yang dilakukan dengan mempertimbangkan PD LGD yang ada.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Wijaya Karya (WIKA)
Diketahui sejumlah perusahaan BUMN juga memiliki utang kepada Bank BJB, untuk itu Yuddy bilang "Untuk tahun depan pembentukan CKPN tentu dilakukan sejalan dengan ekspansi bisnis yang dilakukan, besarnya NPL Coverage pun akan terus menyesuaikan dengan perkembangan PD LGD"
Hal tersebut disebut Yuddy agar provisioning tidak terlalu membebani laba rugi di tahun depan, sehingga pihaknya akan berusaha untuk menjaga kualitas kredit sehingga tidak memberi tekanan yang besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News