Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemain fintech peer to peer lending (P2P) PT Amartha Mikro Fintek merampungkan rencana untuk dapat memberikan layanan tambahan kepada pemberi pinjaman atau lender. Bila tidak ada aral melintang, sebelum penghujung tahun Amartha ingin memberikan pilihan kepada lender untuk menempatkan dana meganggur di instrumen reksadana.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menyatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta agar dana milik lender hanya berada maksimal dua hari di escrow account platform. Hal ini bertujuan agar P2P lending tidak menyalahgunakan dana tersebut atau melakukan fraud.
Baca Juga: Target sudah tercapai, Amartha proyeksi pinjaman bisa mencapai Rp 1,7 triliun
Ia menyatakan secara aturan dari regulator opsi penempatan dana lender ini sebenarnya sebagai bentuk mitigasi risiko agar dana tidak mengendap di escrow account. Salah satu caranya adalah membuatkan rekening dana lender tapi tidak memberikan keuntungan atau rate-nya 0%.
“Itu kan tidak menghasilkan pendapatan atau bunga (return). Oleh sebab itu, cara kedua, kami bekerja sama dengan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) agar dana yang mengendap itu di tempatkan di reksadana agar ada hasilnya. Jadi aturan emang boleh. Itu salah satu strategi agar tidak ada pengendapan di escrow account,” ujar Aria di Jakarta pada Rabu (6/11).
Aria memberikan ilustrasi, satu lender memberikan pinjaman senilai Rp 3 juta untuk jangka waktu satu tahun. Maka penerima pinjaman (borrower) akan melakukan cicilan atau repayment setiap minggu misalnya senilai Rp 120.000.
“Nah Rp 120.000 ini masuk ke ascrow account, tapi ini tidak bisa diberikan pinjaman berikutnya kepada borrower. Karena harus mencapai Rp 3 juta dulu. Nah dana inilah yang dioptimalisasikan (lewat reksa dana). Mungkin bisa dapat return hingga Rp 5.000,” jelas Aria.
Kendati demikian, Aria bilang Amartha akan menyediakan produk reksa dana yang tidak merugikan. Pada tahap awal, Amartha akan mencari produk reksa dana yang memiliki kemungkinan kerugian terburuk yakni tidak memberikan bunga. Oleh sebab itu, Amartha akan memilih jenis reksa dana pasar uang untuk permulaan produk ini.
Baca Juga: AFPI: Optimalkan dana, P2P lending bisa kerja sama dengan penyelenggara investasi
“Reksa dana ini merupakan pilihan dan disetujui oleh lender. Sebab ada perjanjian terpisah dari lender apakah dia akan menggunakan atau tidak fitur tersebut. Amartha sudah jalin kerja sama dengan Principal dan TanamDuti sebagai APERD tinggal pengembangan sistemnya, mudah-mudahan masih dalam tahun ini,” pungkas Aria.
Asal tahu saja, hingga saat ini Amartha telah menyalurkan pinjaman senilai Rp 1,53 triliun. Pinjaman ini disalurkan kepada 322.959 pelaku ultra mikro perempuan. Adapun rasio keberhasilan pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari mencapai 99,14%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News