kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mini Terhimpit Bank Bermodal Jumbo


Kamis, 09 Januari 2025 / 18:08 WIB
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mini Terhimpit Bank Bermodal Jumbo
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Jatim Thamrin City Jakarta, Jumat (20/7). Likuiditas bank-bank kecil makin terhimpit penetrasi bank besar. Kondisi ini tercermin dari tren perolehan dana pihak ketiga (DPK).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

Adapun PT Bank Sahabat Sampoerna mengaku menerapkan tiga strategi untuk mendorong pertumbuhan DPK. Pertama, terus menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabah sehingga mereka terus nyaman menjadi nasabah perseroan.

Kedua Bank Sahabat Sampoerna  terus berinovasi dalam mengembangkan produk kami, khususnya untuk produk yang ditargetkan ke masyarakat secara umum seperti Sampoerna Mobile Saving untuk pengalaman menggunakan jasa perbankan yang menyenangkan.

"Selain itu kami juga mengadakan beberapa program untuk menjaring nasabah baru ataupun meningkatkan loyalitas nasabah yang ada," terang Henky Suryaputra, Finance & Business Planning Director.

Baca Juga: Ekosistem Menjadi Sumber Menjaring Dana Pihak Ketiga Bagi Bank Digital

Jika di lihat dari laporan keuangannya, per November 2024, Bank Sahabat Sampoerna mencatatkan pertumbuhan DPK 9,68% mencapai Rp 14,85 triliun. Henky mengatakan, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan pinjaman yang disalurkan Bank Sampoerna pada periode yang sama.

"Jadi secara umum likuiditas Bank Sampoerna terjaga dengan sangat baik. Secara keseluruhan, hingga akhir 2024 juga tidak terdapat perubahan signifikan dalam hal DPK dibandingkan dengan kondisi per November 2024," katanya.

Meski demikian, pihaknya memang sedikit banyak melihat ada pengetatan dalam hal kondisi likuiditas secara keseluruhan. Pertumbuhan kredit industri yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK industri di hampir sepanjang tahun 2024 ditambah kebutuhan untuk mempertebal likuiditas pada akhir tahun berdampak pada pengetatan kondisi likuiditas industri secara keseluruhan.

Di sisi lain, kondisi perekonomian global disebut akan cukup menantang di tahun 2025 dan berdampak langsung pada kondisi nasional. Namun dengan dukungan konsumsi domestik, investasi, dan kebijakan pemerintah maupun regulator yang tepat, pihaknya meyakini permintaan akan pinjaman maupun DPK dapat bertumbuh sehat di tahun 2025.

Baca Juga: Likuiditas Mengetat, DPK Bank Bermodal Kecil Tumbuh Mini di Kuartal III-2024

"Pemerintah, regulator, dan beberapa pihak menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,0% di tahun 2025. Kami kira ini cukup realistis meski pada saat yang sama juga menantang. Selaras dengan data historis yang ada, tentunya pertumbuhan kredit dan DPK akan dapat meningkat di atas tingkat pertumbuhan ekonomi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×