Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan Dana Pensiun (Dapen) saat ini mulai mengalokasikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada portofolio investasi mereka. Misalnya, Dana Pensiun BCA (DPBCA).
Terlebih, investasi industri Dapen di SRBI terus meningkat dari Rp 28 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp 10,8 triliun per September 2024.
Direktur Utama Dana Pensiun BCA Budi Sutrisno menilai, investasi SRBI di dana pensiun terus tumbuh karena SRBI menawarkan suku bunga diskonto yang kompetitif jika dibandingkan dengan deposito atau instrumen pasar uang lainnya.
“Apalagi dalam situasi suku bunga saat ini, instrumen jangka pendek seperti SRBI menjadi pilihan menarik untuk memperoleh return yang lebih baik dalam waktu singkat,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Rabu (13/11).
Baca Juga: Pencairan Diperketat, Manfaat Pensiun Lebih Stabil
Selain itu, Budi menilai perusahaan dana pensiun yang telah mengambil posisi di aset berisiko tinggi kemungkinan besar memilih SRBI untuk menyeimbangkan portofolio mereka, terutama dalam kondisi pasar yang tidak pasti.
Menurut dia, SRBI dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan proporsi aset yang aman dalam portofolio.
“SRBI juga dianggap sebagai instrumen dengan risiko rendah karena diterbitkan oleh Bank Indonesia. Risiko gagal bayar sangat rendah, sehingga menjadi pilihan yang aman untuk investasi jangka pendek. Sehingga wajar jika investasi SRBI terus naik,” ungkap dia.
Budi mengungkapkan bahwa Dapen BCA sendiri mengalihkan sebagian instrumen deposito berjangka ke SRBI. Hal ini dilakukan karena SRBI merupakan pilihan investasi jangka pendek, di mana suku bunga yang diberikan saat kni dapat memberikan hasil lebih besar dibanding suku bunga deposito.
“Sehingga perpindahan investasi dilakukan dari deposito ke SRBI,” imbuhnya.
Baca Juga: Simak Tips Perencana Keuangan Mengelola Portofolio di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Ia menyebutkan, bahwa saat ini SRBI menyumbang porsi sebesar 8,42% dari total nilai investasi hingga September 2024. Adapun total nilai investasi mencapai Rp 5,87 triliun pada periode tersebut.
Lebih lanjut, ia memproyeksi, investasi SRBI di Dana Pensiun ke depannya tetap memiliki daya tarik yang tinggi dalam kondisi suku bunga stabil atau menurun.
Menurut dia, imbal hasil SRBI yang terjamin dengan risiko rendah, akan lebih menarik dibandingkan dengan instrumen lain dengan profil risiko lebih tinggi.
“Untuk Dapen dan institusi dengan fokus keamanan dan likuiditas, SRBI tetap akan menjadi pilihan utama mengingat stabilitas dan kepastian return yang ditawarkan,” kata dia.
Baca Juga: Meski Bunga Mulai Turun, Kepemilikan Perbankan dI Instrumen SRBI Tetap Menanjak
Tak hanya itu, Budi juga menilai bahwa SRBI memiliki likuiditas tinggi dan dapat digunakan sebagai instrumen cash management yang baik dalam menghadapi kebutuhan likuiditas jangka pendek, terutama bagi investor institusi dan juga menjadi alternatif yang lebih menarik dibanding deposito bank, terutama jika deposito menawarkan imbal hasil yang lebih rendah seiring penurunan suku bunga.
Sedangkan untuk tantangan dalam berinvestasi di SRBI yakni, instrumen ini menawarkan risiko yang rendah, sehingga jika terjadi penurunan suku bunga, maka potensi imbal hasil SRBI akan semakin rendah.
“Maka bagi investor yang mengharapkan return lebih tinggi, ini dapat menjadi tantangan, karena mereka mungkin perlu mencari alternatif investasi lain dengan yield lebih tinggi, seperti obligasi korporasi atau instrumen ekuitas,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News