Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi virus corona (covid-19), biaya dana perbankan alias cost of fund (CoF) justru berpotensi mengalami penurunan. Bila merujuk survei perbankan yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada Kamis (16/4) rata-rata CoF dalam Rupiah diperkirakan akan turun 8 basis poin (bps) dari kuartal I 2020 menjadi 5,46% di kuartal II tahun ini (quarter on quarter/qoq).
Aspek utama CoF berpotensi turun di kuartal kedua ini tak lain berlanjutnya penurunan suku bunga kredit perbankan di seluruh segmen. Namun, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id menilai di tahun 2020 CoF cenderung berada pada level stabil.
Direktur Keuangan PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha beranggapan, sampai dengan Februari 2020 posisi CoF perseroan ada di level 2,99%.
Baca Juga: Penerimaan negara bukan pajak mencapai Rp 95,9 triliun, disokong dividen bank BUMN
Posisi tersebut menurutnya sejalan dengan target perseroan untuk menjaga CoF di bawah 3%. "Kami memang tetap menjaga CoF di bawah 3% melalui penetrasi tabungan (dana murah)," ujar Ferdian, Minggu (19/4). Pun, walau ada perlambatan ekonomi dan aktivitas masyarakat, bank bersandi bursa BJTM ini tetap percaya diri CoF bakalan stabil sampai akhir tahun.
Senada, Direktur Utama PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) Josephus K. Triprakoso malah menurutkan dibandingkan tahun lalu memang tren CoF relatif lebih rendah. Kecenderungannya pun bakalan stabil, lantaran saat ini perbankan banyak mengerem penyaluran kredit di tengah situasi pandemi.
Walhasil, kebutuhan likuiditas atau pendanaan pun menjadi tak begitu besar. "Sejauh ini biaya dana (Bank Mantap) sudah turun hampir 50 bps dibandingkan tahun lalu," tuturnya.
Sedikit berbeda, PT Bank Mayapada Internasional Tbk justru mengatakan sejak kuartal I 2019 sampai dengan bulan Maret 2020 posisi CoF perseroan malah mengalami tren penurunan.
Direktur Bisnis Bank Mayapada Andreas Wiryanto mengungkap per kuartal I 2020 lalu posisi CoF ada di kisaran 6%.
Baca Juga: 4 staf khusus milenial Jokowi ini punya perusahaan sendiri, siapa saja mereka?
Andreas punya pandangan berbeda, menurutnya CoF perbankan malah berpotensi naik di tengah pandemi Covid-19. Kenaikan tersebut bisa saja terjadi apabila likuiditas perbankan atau pasar mulai mengalami pengetatan. Kabar baiknya, sejauh ini likuiditas di pasar dipandang masih relatif stabil.
"Tergantung juga dengan kondisi persaingan dan likuiditas di pasar," tuturnya.
Tak mau menunggu CoF naik, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini juga sudah berusaha menjaga biaya dana dengan tetap fokus pada produk CASA yaitu Giro dan Tabungan. "Komposisi CASA kami hampir sekitar 30% pada saat ini," imbuhnya.
Selain CoF yang diperkirakan turun, Bank Indonesia juga menilai biaya dana yang dioperasionalkan oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan atau Cost of Loanable Fund (CoLF) dalam rupiah pun diperkirakan turun 20 bps menjadi 8,44% secara qoq.
Pasalnya, rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi diperkirakan akan turun masing-masing 4 bps dan 5 bps dari kuartal I 2020 menjadi 11,17% dan 11,22%.
Suku bunga kredit konsumsi juga diprakirakan turun sebesar 1 bps menjadi 12,93%. Pada jenis kredit konsumsi, penurunan suku bunga terbesar terjadi pada kredit kendaraan bermotor sebesar 6 bps, diikuti oleh kredit pemilikan rumah/apartemen dan kredit multiguna masing-masing 9 bps dan 8 bps secara kuartalan.
Baca Juga: Ada capital inflow, BI yakin rupiah di level Rp 15.000 per dolar AS pada akhir 2020
Pun, merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rata-rata suku bunga reposito perbankan terus menunjukan tren penurunan. Misalnya, per Februari 2020 rata-rata suku bunga deposito ada di level 6,36% turun sebanyak 58 bps dari posisi tahun sebelumnya. Menurut regulator, tren suku bunga simpanan perbankan sudah melandai dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News