Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Tendi Mahadi
Selain itu Ivan juga memberikan tanggapannya mengenai tren gagal bayar yang sedang hangat terjadi di industri fintech P2P lending. Menurutnya hal tersebut dapat menyebabkantransaksi pada fintech P2P lending menurun sehingga berpengaruh ke dukungan likuiditas dari lender.
Sejalan dengan hal itu Modalku mencatat hingga saat ini telah menyalurkan pendanaan kepada lebih dari 5,1 juta UMKM. Country Head Indonesia Modalku, Arthur Adisusanto mencatat hingga saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar lebih dari Rp 56,9 triliun.
"Kami juga mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan di segmen produktif ini," jelasnya pada Kontan, Kamis (29/2).
Arthur mengungkapkan di tahun 2024 ini Modalku berharap dapat mencatatkan pertumbuhan yang konsisten dibanding tahun lalu, tentunya dengan tetap menjaga kualitas portofolio pendanaan Modalku. Guna mencapai target tersebut, ia mengatakan ke depannya Modalku akan terus melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM dalam rangka membangun tim yang semakin produktif untuk membantu perusahaan dalam mencapai target di 2024.
Selain itu, Modalku juga akan konsisten mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dan partner untuk membangun solusi pendanaan yang lebih luas bagi UMKM. Tak hanya itu menurut Arthur tahun ini Modalku juga akan meningkatkan penetrasi pasar di masing-masing wilayah juga terus dilakukan melihat potensi yang masih sangat besar.
Begitu juga dengan PT Sahabat Mikro Fintek (Samir) yang targetkan penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2024 sebesar Rp 1 triliun. CEO Samir Yonathan Gautama mencatat sampai awal tahun ini Samir Fintech sudah berhasil menyalurkan dana sekitar Rp 700 miliar. Menurutnya pertumbuhan penyaluran pinjaman Samir sepanjang 2023 cukup signifikan. Yonathan mengungkapkan hal tersebut dipengaruhi ada faktor perubahan model bisnis yang diterapkan Samir.
“Pada Januari 2023 kami menyalurkan dana hanya sebesar Rp 2,5 miliar sementara di Januari 2024 kami menyalurkan dana sebesar Rp 59 miliar,” ucap Yonathan pada Kontan, Kamis (29/2).
Di lain sisi Yonathan juga mengungkapkan tren gagal bayar pada fintech P2P Lending ini belangakangan sedang meningkat. Menurutnya hal tersebut memiliki dampak pada kinerja portofolio perusahaan.
“Jika tidak dapat dimitigasi dengan baik, berpotensi mengarah pada kerugian finansial dan menurunkan kepercayaan pengguna,” jelas Yonathan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News