kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Diakuisisi Apro, Bank Dinar jadi survival company


Senin, 16 Januari 2017 / 18:32 WIB
Diakuisisi Apro, Bank Dinar jadi survival company


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Penggabungan usaha alias merger antara PT Bank Dinar Indonesia Tbk dengan Bank Andara nantinya akan menyisakan Bank Dinar sebagai survival company. Hal ini sesuai dengan komitmen Apro Financial Co Ltd sebagai investor.

Vice Chairman Apro Service Group, Donald Hong Kim mengatakan, nantinya bank hasil merger akan berstatus sebagai perusahaan terbuka dan mempunyai modal inti sebesar Rp 1 triliun. Mekanisme merger ini nantinya diperkirakan dengan cara backdoor listing.

Tercatat modal inti Bank Andara dan Bank Dinar sampai akhir 2016 masing-masing sebesar Rp 580 miliar dan Rp 431 miliar. “Setelah merger, kami akan menyuntik bank hasil gabungan ini total sebesar Rp 2 triliun,” ujar Kim, Senin (16/1).

Kim belum bersedia merinci apa nama bank yang akan digunakan bank setelah merger ini dilakukan. APRO juga belum merinci berapa persen kepemilikan saham di bank hasil merger ini nantinya.

Namun sebagai gambaran, di Korea Selatan APRO Financial Group mempunyai bank dengan nama OK Saving Bank. "Nantinya namanya tidak jauh berbeda dengan itu, tapi final namanya masih kami pikirkan," ujar Kim.

Tercatat APRO masih menunggu keputusan hasil RUPSLB Bank Dinar yang akan dilakukan pada 6 Februari 2017. Menurut Kim, perusahaan finansial dari Korea Selatan ini juga masih menunggu hasil tender offer dan izin akuisisi Bank Dinar dari OJK.

Untuk modal inti bank setelah suntikan ini selesai pada 2019 nanti diperkirakan sebesar Rp 3 triliun. Kim juga berkomitmen setelah merger tidak akan melakukan pemangkasan karyawan. Sebab, bank akan melakukan ekspansi pada beberapa tahun mendatang dengan membuka 6 kantor cabang setiap tahun. Sehingga diperkirakan akan ada tambahan karyawan setelah merger.

APRO akan membuka beberapa bisnis baru setelah merger rampung. Di antaranya adalah channeling dengan BPR, membuka multifinance, kemudian masuk ke beberapa bisnis seperti UKM, komersial, ritel dan layanan aset manajemen.

Sebagai gambaran, terakhir, APRO tercatat telah melakukan penandatanganan jual beli saham sebesar 77,38% dengan Bank Dinar. Selain itu, untuk bank Andara, APRO juga telah mempunyai kepemilikan sebesar 40%.

Direktur Utama Bank Andara, Darwin Wibowo mengatakan, sampai Desember 2016 total aset bank sebesar Rp 1,4 triliun dengan kredit sebesar Rp 1 triliun. Untuk laba, selama 2016 tercatat Bank Andara masih mengalami kerugian sebesar Rp 18 miliar karena adanya beban biaya akusisi. NPL Bank Andara pada 2016 tercatat sebesar 2,22%.

Direktur Utama Bank Dinar, Hendra Lie mengatakan, selama 2016 tercatat aset bank berkode emiten DNAR ini sebesar Rp 2,3 triliun dengan realisasi kredit sebesar Rp 1,3 triliun. Untuk laba sampai Desember 2016 tercatat sebesar Rp 17,2 miliar dan NPL di level 1,41%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×