Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) menilai, pertumbuhan kredit di tiga bulan pertama tahun ini sangat terpengaruh penurunan omzet industri. Akibatnya, permintaan kredit ke bank ikut menurun.
"Saya bertemu beberapa nasabah dan mereka bilang bisnisnya sedang lesu. Jadi, permintaan pinjaman ke bank ikut turun," ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Kamis (9/4).
Jahja mencontohkan, omzet industri-industri pendukung properti bahkan turun sampai 30%. Dengan begitu, penurunan omzet industri menurunkan semua permintaan kredit di BCA, baik kredit perumahan, korporasi, maupun usaha kecil dan menengah (UKM).
"Hampir semua lini bisnis kredit kami ikut turun," terang Jahja. Namun penurunan permintaan kredit tersebut hanya jika dibandingkan dengan posisi portofolio kredit BCA di akhir 2014.
Jahja menuturkan, kredit BCA turun sekitar 5% ketimbang posisi akhir 2014. Pada periode tersebut, total portofolio kredit BCA tumbuh Rp 34,3 triliun atau 11% menjadi Rp 346,6 triliun. Angka itu terdiri dari kredit korporasi Rp 120,5 triliun naik 16,9%, komersial dan UKM Rp 134,2 triliun atau meningkat 9,7%, dan konsumer dengan pertumbuhan 6,1% menjadi Rp 92,3 triliun.
"Namun jika secara year on year, kredit kami masih tumbuh," imbuh Jahja. Sayang, Jahja enggan menggambarkan pertumbuhan kredit BCA jika dibandingkan kuartal I tahun lalu.
Yang jelas, tahun ini BCA membidik pertumbuhan kredit berkisar 12%-15%. "Minimal kami bisa bukukan pertumbuhan kredit 12%. Jika kondisi ekonomi bagus, paling maksimal 15%," ungkap Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News