kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dimodali asing, bank-bank baru hasil merger berebut segmen kredit UMKM


Minggu, 22 September 2019 / 16:26 WIB
Dimodali asing, bank-bank baru hasil merger berebut segmen kredit UMKM
ILUSTRASI. Sejumlah bank baru hasil merger yang dimiliki investor asing berebut segmen kredit UMKM.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya merupakan pemimpin pasar di segmen kreddit UMKM. Per semester I-2019, bank pelat merah ini telah menyalurkan kredit UMKM senilai Rp 681,50 triliun, dengan pertumbuhan 13% (yoy). Nilai tersebut setara 76,72% total portofolio kredit yang disalurkan senilai Rp 888,32 triliun.

Jika membandingkan dengan catatan OJK, maka bank dengan aset terbesar di tanah air ini setidaknya menguasai 66,82% pangsa pasar kredit UMKM. Catatan ini tentu tak mudah dikalahkan oleh bank manapun.

Baca Juga: Perbankan Rogoh Miliaran Rupiah demi Memenuhi Aturan Main Baru

Lagipula, sebagai bank pelat merah, BRI juga punya keuntungan untuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dari pemerintah. Tahun ini BRI punya jatah untuk menyalurkan Rp 86,97 trilun KUR. Sedangkan hingga Agustus 2019, penyaluran KUR di BRI telah mencapai Rp 67,6 triliun atau setara 77,73% dari target yang diberikan oleh pemerintah.

“Kami juga menawarkan suku bunga yang kompetitif serta responsif terhadap perkembangan pasar. Pada Agustus 2019 lalu kami sudah menurunkan SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) sebesar 50 bps agar tidak memberatkan nasabah, khususnya segmen UMKM,” kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo kepada Kontan.co.id.

Direktur Perbankan Komersial PT Bank Panin Tbk (PNBN) Edy Haryanto pun bilang penetrasi kredit ke segmen UMKM sejatinya tak mudah mengingat kompleksitas karakter bisnis industri UMKM.

“Kami sejak awal berdiri memang sudah menyasar segmen UMKM. Sehingga sudah memiliki model bisnis yang baik. Makanya kami tak terlalu khawatir dengan banyak bank baru yang mau menyasar segmen ini, karena memang perlu SDM, dan waktu yang panjang untuk bisa masuk ke sana,” katanya.

Apalagi Edy menambahkan saat ini, OJK sejatinya telah mewajibkan agar minimal 20% portofolio kredit perbankan bisa disalurkan ke UMKM. Namun, ketentuan ini nyatanya belum banyak dipenuhi bank.

Baca Juga: Demi naik kelas, sejumlah bank ini berlomba menambah modal di semester II-2019

Edy mengaku saat ini komposisi kredit UMKM sejatinya mendominasi portofolio kredit perseroan sebesar 45%. Sisanya berasal dari segmen korporasi 30%, dan konsumer 25%.

Meski demikian, Edy mengaku saat ini persaingan di segmen UMKM memang memang cenderung ketat. Ini pula yang membuat portofolio kredit Bank Panin tak tumbuh. Pertumbuhan kredit Bank Panin hingga Juli 2019 bahkan tak sampai 1%, tepatnya sebesar 0,81% (yoy). Dari Rp 133,08 triliun pada Juli 2018 menjadi Rp 134,17 triliun pada Juli 2019.

“Kami masih optimistis hingga akhir tahun di segmen SME komersial masih bisa mencatat pertumbuhan 8%-10%,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×