kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.290   6,00   0,04%
  • IDX 7.606   72,54   0,96%
  • KOMPAS100 1.082   12,15   1,14%
  • LQ45 800   6,71   0,85%
  • ISSI 254   -0,52   -0,20%
  • IDX30 413   4,37   1,07%
  • IDXHIDIV20 473   6,15   1,32%
  • IDX80 121   0,84   0,71%
  • IDXV30 126   2,02   1,63%
  • IDXQ30 132   1,65   1,26%

DPK Perbankan Berpotensi Tumbuh Moderat pada Semester II-2025


Senin, 11 Agustus 2025 / 20:19 WIB
DPK Perbankan Berpotensi Tumbuh Moderat pada Semester II-2025
ILUSTRASI. Hingga akhir semester I-2025, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan terbilang kencang dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. ? (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir semester I-2025, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan terbilang kencang dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Ini tentu menjadi kondisi yang melegakan ketika isu persaingan likuiditas membayangi perbankan.

Hanya saja, kondisi tersebut kemungkinan tak bertahan untuk periode yang lama. Pasalnya, ada potensi pertumbuhan DPK dari perbankan ini kembali melambat atau tumbuh moderat setidaknya hingga akhir tahun.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dengan mempertimbangkan sinyal moneter, perilaku rumah tangga, dan siklus usaha. Ia memproyeksikan tren DPK pada semester II/2025 cenderung moderat.

Baca Juga: Ini Alasan DPK Perbankan Tembus Rp 8.991 Triliun per Juni 2026

“Ada jeda pada Juli hingga Agustus setelah akselerasi Juni, lalu potensi menguat lagi di kuartal-IV sejalan dengan penyerapan belanja pemerintah dan musiman akhir tahun,” ujar Josua, Senin (11/8/2025).

Dari sisi likuiditas, ia bilang BI sejatinya mencatat kondisi perbankan tetap longgar terindikasi dari rasio AL/DPK menunjukkan buffer likuiditas yang tinggi sehingga bank tidak perlu berburu dana secara agresif seperti awal tahun. Hal tersebut biasanya menahan kenaikan suku bunga simpanan.

“Ini membuat pertumbuhan DPK lebih bergantung pada arus kas korporasi/pemda dan tabungan ritel ketimbang insentif harga,” ujar

Nah, untuk tabungan rumah tangga sendiri,  proporsi pendapatan yang ditabung turun per Juli telah mengalami penurunan. Ini tercermin dari saving-to-income ratio yang berada di level 13,7%, lebih rendah dari bulan sebelumnya di level  14,1%. Sementara itu, rasio konsumsi naik ke 75,4%. 

Menurutnya, ini sinyal bahwa sebagian pendorong DPK ritel pada Juni mereda dan biasanya butuh beberapa bulan untuk kembali pulih, misalnya saat THR Natal dan Tahun Baru. 

“Secara keseluruhan IKK justru membaik ke 118,1, tapi komposisinya menunjukkan peningkatan keyakinan lebih banyak masuk ke konsumsi dulu ketimbang menabung,” tambahnya.

Baca Juga: DPK Tumbuh Melesat pada Juni 2025, Ada Apa?

Di korporasi, Josua menyebutkan permintaan manufaktur masih lemah, di mana PMI manufaktur Juli berada di 49,2 dengan new orders dan pembelian bahan baku masih negatif. Menurutnya, kondisi ini bisa menahan arus kas operasional dan mengurangi penumpukan giro atau tabungan korporasi, sehingga mengganjal akselerasi DPK jangka pendek. 

Tren pertumbuhan DPK yang tak akan kencang juga terlihat dalam Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Juli 2025 yang berada di level 82,2, melemah terbatas sebesar 1,6 poin dari posisi bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pelemahan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin pada periode yang sama ke level 90,5. 

Mengenai komponen IWM, persentase responden yang menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menabung tercatat sedikit menurun menjadi 26,4% pada Juli 2025, dari 28,9% pada Juni 2025. Di samping itu, persentase responden yang menyatakan bahwa tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung pun tercatat menurun, yaitu menjadi 38,6% dari 42,6% pada periode yang sama. 

Baca Juga: Mengintip Kondisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mini dan Strategi Menumbuhkannya

"Perkembangan ini mencerminkan intensitas dan niat menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada awal tahun ajaran baru, di tengah pemberian stimulus ekonomi dalam jangka pendek," ujar Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, melalui keterangan tertulisnya. 

Meski demikian, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan memandang optimis bahwa pertumbuhan DPK sudah lebih baik di separuh kedua tahun 2025 ini. Menurutnya, animo orang untuk menabung juga sudah semakin pulih.

Seperti diketahui, DPK di Maybank Indonesia tercatat mengalami penurunan 0,8% YoY menjadi Rp 114,7 triliun. Sementara, komposisi dana murah atau CASA dari DPK Maybank juga meningkat jadi 56,25% di Juni 2025 dari posisi Juni 2024 yang berada di level 51,32%.

Adapun, ia menjelaskan bahwa saat ini 40% DPK yang dimiliki Maybank berasal dari ritel sementara sisanya dari korporasi. Ia bilang DPK ritel memiliki cost of deposit yang lebih rendah dibandingkan dengan DPK korporasi

“Tentunya fokus ke dana murah akan tetap menjadi prioritas utama kami ke depan,” ujarnya.

Selanjutnya: AFPI: Isu Dugaan Kartel Bunga Pinjol Bisa Berdampak terhadap Lender Luar Negeri

Menarik Dibaca: 5 Makanan untuk Membakar Lemak Perut dalam 30 Hari, Ada Alpukat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×