Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rasio kredit macet alias non performing loan/NPL industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menyentuh level tertinggi sebesar 9,73% sampai Mei 2015. Angka ini jauh di atas batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia, yakni 5%.
Berdasarkan sebaran kantor regionalnya, rasio kredit bermasalah BPR wilayah 1 tercatat sebesar 7,95%. Wilayah 1 ini meliputi Jabodetabek, Banten, Lampung dan seluruh provinsi di Kalimantan. Sementara, NPL BPR di wilayah 2 mencapai 7,21% yang meliputi Jawa Barat.
Adapun, NPL BPR di wilayah 3 atau Jawa Timur, Bali dan seluruh Nusa Tenggara menyentuh 6,87%. NPL BPR di wilayah 4 sendiri mencapai 6,22%. Kantor regional ini mencakup, antara lain Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sedangkan, rasio kredit mandek di wilayah 5 dan 6 masing-masing sebesar 9,73% dan 5,67%. Wilayah 5 terdiri dari Sumatera, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, serta Jambi dan Bengkulu. Sementara, wilayah 6 terdiri dari Papua dan sekitarnya.
"NPL BPR secara umum di atas 5%, namun masih di bawah 10%. Kondisi ini, sebenarnya, dengan ekonomi yang melambat itu konsekuensi terhadap penyaluran kredit yang diberikan. Semua sektor melemah. Bank umum pun seperti itu. Kami harapkan, ini tidak terlalu menggangu, kami akan terus mengawal," tutur Achmad Fauzie, Koordinator Pengawasan LJK Wilayah Timur OJK, Jumat (21/8).
Saat ini, regulator sendiri mengimbau agar pelaku usaha mulai mengendalikan penyaluran kredit untuk lebih hati-hati, termasuk menjaga likuiditas agar tetap encer. "BPR harus lebih fokus ke usaha mikro dan kecil, karena segmen ini lebih tahan banting terhadap krisis," terang dia.
Per Mei 2015, BPR menyalurkan total kredit sebesar Rp 72,327 triliun atau meningkat 16,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya mencapai Rp 62,008 triliun atau naik 19,7%.
Sampai Juni 2015, total pelaku usaha BPR mencapai 1.643 institusi. Sebanyak 70,5% di antaranya masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan 29,5% sisanya berada di luar Pulau Jawa dan Bali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News