Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank BTPN Tbk memberikan persetujuan atas laporan keuangan tahun buku 2019. Pada 2019 Bank BTPN mencatatkan pertumbuhan kredit Rp 141,8 triliun, atau tumbuh 108% secara tahunan.
RUPST juga menyepakati untuk tidak membagikan dividen kepada para pemegang saham. “Kami mengapresiasi para pemegang saham yang telah memutuskan untuk menggunakan laba bersih sebagai cadangan wajib dan laba ditahan. Ini merupakan komitmen kuat dari pemegang saham dalam mendukung rencana pertumbuhan dan pengembangan bisnis Bank BTPN di masa depan,” ungkap Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (23/4).
Baca Juga: Bank BTPN (BTPN) memiliki MTN jatuh tempo Juni Rp 1,3 triliun
RUPST juga menyetujui pengunduran diri Mari Elka Pangestu sebagai komisaris utama yang telah dijabatnya sejak April 2016. Jabatan yang ditinggalkan akan dibiarkan kosong hingga rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) berikutnya. Mari Elka Pangestu ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan, dan Kemitraan untuk Bank Dunia efektif sejak 1 Maret 2020.
“Kita semua turut berbangga hati bahwa salah satu putri terbaik bangsa, yang merupakan bagian dari Bank BTPN, kini dipercaya mengemban tugas tersebut. Atas nama manajemen dan seluruh karyawan, saya ingin mengucapkan selamat atas tanggung jawab baru serta menyampaikan terima kasih atas kontribusinya terhadap kemajuan Bank BTPN,” kata Ongki.
BTPN mencatat rasio kredit bermasalah atawa non-performing loan (NPL) sebesar 0,8% (gross) pada tahun lalu. Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 145,8 triliun di 2019, meningkat 81% dari 2018. Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp 52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 6 triliun. Dari total DPK, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 28% pada 2019, lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13%.
Bank BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113%, jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%. Sebagai informasi LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.
Baca Juga: Ganti direksi, BTPN Syariah bagi dividen Rp 45 per saham
Dari sisi permodalan, setelah penggabungan usaha, Bank BTPN memiliki permodalan yang lebih besar dan kuat untuk dapat mendukung kebutuhan pinjaman nasabah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada akhir 2019 mencapai 24,2%.
Aset Bank BTPN tercatat sebesar Rp 181,6 triliun di 2019 atau tumbuh 79% secara tahunan. Adapun laba bersih setelah pajak atau net profit after tax (NPAT) mencapai Rp 2,6 triliun, meningkat 40%. Pencapaian ini menggunakan perbandingan antara kondisi bank setelah merger dan bank sebelum merger.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News