kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ekonom BNI menyebut titik puncak bunga kredit sudah terjadi di 2018


Selasa, 05 Maret 2019 / 17:50 WIB
Ekonom BNI menyebut titik puncak bunga kredit sudah terjadi di 2018


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepajang tahun 2018 lalu kenaikan bunga simpanan cenderung lebih kencang dibandingkan dengan kenaikan bunga kredit. Hal ini dikarenakan perbankan mengikuti arus kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menaikkan bunga acuan sebanyak 175 basis poin (bps) tahun lalu.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menilai, kenaikan bunga simpanan yang kencang tersebut pada praktiknya mempengaruhi kinerja perbankan, terbukti dari net interest margin (NIM) yang kian menyusut. Alasannya, meski bunga simpanan sudah meningkat, industri perbankan cenderung memilih untuk menahan bunga kredit secara konservatif.

Upaya tersebut dilakukan tak lain untuk menjaga kualitas kredit dengan pertimbangan jika bunga kredit di tahan akan membantu kemampuan membayar debitur (repayment capacity) menjadi tetap lancar.

Menurut Ryan, fenomena ini memastikan kalau bunga kredit perbankan sudah mencapai puncaknya pada akhir 2018 lalu untuk mengimbangi kenaikan bunga simpanan setelah BI menaikkan bunga acuannya menjadi 6%.

Malah, menurutnya dengan tren suku bunga acuan global yang dovish alias melandai sejalan dengan ekspektasi kenaikan fed fund rate (FFR) yang tidak agresif serta ekspektasi inflasi di dalam negeri yang rendah yaitu 3,5% menandakan adanya peluang bagi bank untuk menurunkan bunga simpanan maupun kreditnya.

"Bank BUKU IV yang memiliki likuiditas relatif lebih kuat bisa menjadi pionir penurunan bunga simpanan dan kredit," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/3). 

Hanya saja, Ryan menambahkan jika imbal hasil atau yield dari kupon surat berharga negara (SBN) masih cenderung tinggi yaitu di kisaran 7,5%-8,25% dan digemari pemilik dana, kemungkinan besar perbankan bakal menahan tingkat bunga simpanan maupun kredit untuk menyesuaikan dengan pasar.

"Tapi yang penting, sinyal ke depan bunga simpanan dan kredit tidak punya ruang untuk naik secara dramatis," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×