Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gojek telah resmi menjadi investor PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan porsi kepemilikan saham 22,1%. Masuknya Gojek diyakini akan menghasilkan layanan finansial yang lebih universal melalui digital bank sehingga diharapkan akan mendorong peningkatan akses keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Ekonom Digital LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Chaikal Nuryakin mengatakan, kolaborasi tersebut merupakan strategi bisnis yang akan mendorong inklusi keuangan. "Memang nanti yang akan berperan banyak adalah GoPay. Karena daya jangkau GoPay sudah mencapai 200 kabupaten lebih," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (21/12).
Daya jangkau dan teknologi GoPay memungkinkan terjadinya percepatan inklusi keuangan dimaksud. Hanya saja, sejauh ini terdapat keterbatasan karena terbentur regulasi karena GoPay bukan merupakan institusi perbankan.
Bersama dengan Bank Jago, Gojek sendiri akan jadi lebih mudah untuk mengakses layanan perbankan yang sebelumnya mereka tidak bisa karena terbentur perizinan. Bank Jago juga akan mendapat manfaat dari teknologi Gojek sehingga akan lebih mudah dalam mendigitalisasi layanannya.
Baca Juga: Jelang tutup tahun, konsolidasi perbankan makin ramai
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini gencar meningkatkan iklusi keuangan. Indonesia adalah negara dengan populasi unbanked (masyarakat belum terjangkau perbankan) terbesar ke-empat di dunia. Data Bank Dunia Global Findex (2017) mencatat sebesar 52% populasi masyarakat dewasa Indonesia, atau setara sekitar 95 juta orang, tidak punya rekening bank.
Selain itu, data Google & Temasek SEA e-Conomy 2019 mencatat sebanyak 47 juta orang dewasa tidak memiliki rekening bank atau tidak memiliki akses yang memadai ke kredit, investasi, dan asuransi.
Kolaborasi strategi Bank Jago dan Gojek dinilai akan jadi salah satu cara untuk meningkatkan iklusi keuangan tersebut karena saat ini penggunana gadget sudah sangat tinggi di Indonesia. ”Dengan akuisisi Bank Jago maka Gojek dapat menyediakan jasa keuangan yang universal. Sehingga dia akan jadi pemain di jasa keuangan,” ujar Chaikal.
Chaikal menambahkan, pasar keuangan digital di Indonesia sangat fragmented. Layanan peer to peer (p2p) hanya sebatas lending dan tidak sampai ke saving. Perkembangan makin pesat P2P saat pandemi seharusnya mendorong bank konvensional untuk masuk ke sektor digital agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
"Masih banyak masyarakat yang potensial untuk memasukan dananya ke bank tapi justru tidak masuk. Dengan digital seperti yang dilakukan Fintech atau P2P itu jadi lebih mudah. Layanan microfinance tradisional sekarang sudah terdigitalisasi. Padahal pasar lending misalnya itu sangat besar sekali untuk dijangkau," imbuh Chaikal.
Selanjutnya: Gelontorkan investasi Rp 2,25 triliun, Gojek menggenggam 22% saham Bank Jago
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News