Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 sebesar 4,71%. Realisasi ini melambat dibanding pertumbuhan ekonomi pada periode sama tahun lalu yang mencapai 5,14%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ini turut mempengaruhi kinerja industri perbankan.
Perbankan mencatatkan pertumbuhan laba yang rendah yang disebabkan oleh perlambatan kredit diikuti dengan kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja menuturkan, secara industri, NPL perbankan pada Maret sudah mulai ada peningkatan. Namun, tidak terlampau besar.
Jahja bilang, peningkatan NPL yang terjadi secara bertahap, tidak terlalu mengkhawatirkan bagi perbankan. Sebab, masing-masing bank sudah membentuk pencadangan atau provisi. Ia menyatakan, NPL di level 2,2% secara industri perbankan masih terbilang wajar di tengah situasi dan kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat seperti yang terjadi sekarang ini.
Ia bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi merupakan business cyclical. "Saya tidak khawatir NPL, asal memang dalam situasi seperti ini jangan juga terlalu memaksakan pertumbuhan penyaluran kredit,” kata Jahja, Selasa (5/4).
Dari akhir tahun lalu, lanjut Jahja, ia sudah memperkirakan pertumbuhan kredit akan sebesar 12% di tahun ini. “Saya perhatikan situasi saat ini masih berat. Pertumbuhan kredit turun, saya rasa NPL juga akan turun ataupun kalau naik tidak akan tinggi. kalau pun secara industri NPL naik hingga 2,5% sampai dengan 3,5% pun masih aman," ujarnya.
Ia menambahkan, peningkatan NPL dapat diantisipasi oleh masing-masing bank dengan pencadangan dan juga net interest margin (NIM) yang dijaga perbankan. Menurutnya, kondisi NIM perbankan Tanah Air harus tebal sebagai upaya antisipasi kondisi perlambatan pertumbuhan seperti ini.
"Dalam keadaan seperti ini dengan kenaikan NPL, mau tidak mau harus ada persediaan pencadangan. Jadi kalau NIM-nya tinggi, masih aman dari segi provitabilitas. Kalaupun provitabilitas turun, tidak akan menjadi negatif karena ekuitas tergerus," ujar Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News