Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat digitalisasi makin diterima oleh masyarakat, perbankan terus melakukan ekspansi dengan mendirikan maupun memperkuat anak usaha yang bergerak di modal ventura.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk misalnya tengah menyiapkan strategi untuk memiliki lini bisnis yang bergerak pada modal ventura. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan dalam rangka mendorong penciptaan inovasi dan pertumbuhan digital di Indonesia.
Ia menyatakan, BNI bermaksud untuk turut aktif mendukung hal tersebut. Salah satunya, saat ini BNI merencanakan untuk mendirikan perusahaan modal ventura.
"Skema yang akan digunakan adalah melalui pendirian perusahaan baru, sejalan dengan rencana business plan BNI. Dalam prosesnya analisa yg kami pertimbangkan adalah perkembangan pasar, bisnis dan industri. BNI sebagai perusahaan induk akan men-support dari sisi permodalan," ujar Novita kepada Kontan.co.id pada Rabu (9/2).
Baca Juga: Beberapa Multifinance Siap Terbitkan Surat Utang di Kuartal Pertama 2022
Lanjut ia, Nantinya perusahaan modal ventura BNI akan menjadi strategic vehicle BNI Group dalam mengembangkan inovasi teknologi di internal grup perusahaan. Juga mendukung akselerasi transformasi digital yang dimana kesemua itu bertujuan untuk memberikan penciptaan nilai yang sinergis bagi BNI.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan fokus merealisasikan rencana bisnis untuk memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang modal ventura tahun ini. Aksi ini telah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTN pada 2019 lalu.
Direktur Risk Management and Transformation Bank Tabungan Negara (BTN) Setiyo Wibowo menyatakan belum bisa memastikan kapan aksi ini bisa terwujud. Lantaran skema yang digunakan merupakan akuisisi sehingga masih membutuhkan kesepakatan dengan pemilik saham yang lama dari modal ventura yang diincar.
"Masih dalam proses-lah. Harapannya, bisa rampung tahun ini, karena sudah dicantumkan di dalam rencana bisnis bank BTN," ujarnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (10/2).
Ia menyatakan, modal ventura ini nantinya akan diarahkan untuk berinvestasi pada start up yang mendukung ekosistem perumahan sebagai fokus bisnis BTN. Juga kepada fintech payment guna mendukung bisnis BTN sebagai bank yang melayani simpanan bagi nasabah. "Untuk memiliki anak perusahaan lainnya, tentunya BTN lihat. Tapi untuk saat ini, kita fokusnya untuk modal ventura," paparnya.
Baca Juga: Pegadaian Raih Peringkat idAAA
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo menyatakan BTN ingin melakukan diversifikasi produk bukan hanya untuk produk perbankan, tetapi juga keuangan.
Nah, dengan lisensi sebagai bank, maka perusahaan bisa memiliki asuransi jiwa, manajemen investasi dan lainnya.
Secara umum, menurut Haru, perluasan usaha ini bertujuan untuk memberikan pelayanan optimum dan beragam kepada nasabah. Namun bisa juga melalui kemitraan, perjanjian saluran distribusi dan lainnya.
Adapun Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturiddha menyebut dalam rencana bisnis bank (RBB) di 2022 Bank Mandiri juga memiliki rencana penambahan modal ke beberapa perusahaan anak. Termasuk Mandiri Capital Indonesia (MCI) untuk mendukung rencana new investment dan follow-on funding di startup dan fintech yang semakin signifikan menjadi keseharian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
"Hal ini juga menjadi langkah strategis Bank Mandiri untuk semakin dekat berkolaborasi dengan ekosistem digital dari start up dan fintech tersebut. Namun demikian, realisasi penambahan modal tersebut tentunya akan terus dikaji lebih lanjut secara cermat baik dari sisi nilai maupun waktu pelaksanaannya agar mampu memberikan imbal hasil investasi terbaik bagi shareholders Bank Mandiri," ujarnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (10/2).
Lanjut ia, pemerintah baru saya meresmikan inisiatif Merah Putih Fund pada 15 Desember 2021. Merah Putih Fund akan mengucurkan dana sebesar US$300 juta kepada para soonicorn atau calon unicorn dengan kriteria yang telah ditetapkan. Mulai dari pendirinya orang Indonesia, berdomisili di Indonesia, serta punya rencana untuk IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Terdapat delapan sektor inovasi yang dibidik oleh Merah Putih Fund, yaitu edukasi, kesehatan, agrikultur, logistik, kelautan, e-commerce, fintech, dan social enterprise.
"Bank Mandiri ikut berpartisipasi melalui dana ventura ini melalui investment arm-nya yaitu Mandiri Capital Indonesia (MCI). MCI akan berperan sebagai perusahaan modal ventura yang akan mengelola dana ventura tersebut bersama dengan perusahaan modal ventura dari BUMN lain, yakni MDI Ventures, TMI, BVI, dan BNI.
Baca Juga: BRI Dinobatkan Sebagai Bank Paling Bernilai di Indonesia
Direktur Utama MCI, Eddi Danusaputro menyatakan pada 2021 telah berpartisipasi dalam tujuh putaran pendanaan ke startup fintech (tekfin), fintech enabler, insurtech dan open finance, serta mewujudkan kolaborasi antara Mandiri Group dengan sejumlah startup yang membawa nilai sinergi (synergy value) tertinggi bagi perusahaan.
"Memasuki 2022, MCI akan melanjutkan komitmen ini dengan target pendanaan ke lebih banyak startup dengan dana investasi yang lebih besar, dan berkontribusi meningkatkan synergy value yang signifikan melalui kemitraan dengan perusahaan teknologi dan ekosistem Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," paparnya.
Tujuan investasi yang lebih besar dan meningkatkan synergy value adalah untuk terus mendorong tumbuhnya inklusi keuangan serta perkembangan ekosistem startup di Indonesia.
Ia menyatakan, dukungan MCI terhadap Mandiri Group dan pertumbuhan ekosistem startup direalisasikan melalui beberapa inisiatif sinergi yang sudah berjalan pada 2021 lal. Pertama, Penyaluran kredit agrikultur melalui Crowde senilai Rp310 miliar . Kedua, penyaluran kredit kepada pelaku UMKM melalui Investree senilai Rp306 miliar.
Ketiga, kerjasama komprehensif dengan Bukalapak pada tiga lini produk yakni pembayaran, kredit dan investasi. Keempat, penggunaan platform Jurnal dan Klik Pajak untuk mendigitalisasi laporan keuangan nasabah SME Mandiri dan Yokkebiz yang merupakan hasil kolaborasi antara iSeller dengan Yokke menghasilkan peningkatan pengguna teregistrasi hingga 6.000 orang.
Tak mau ketinggalan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan membesarkan bisnis modal ventura. Bank ini akan menambah modal entitas anak modal venturanya yaitu PT Central Capital Ventura (CCV).
“Tahun depan atau tahun ini, kami sediakan dana Rp 400 miliar untuk memperbesar venture capital. Kita berikan wewenang mereka untuk menentukan bidang-bidang mana yang mereka akan masuk,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja 2021.
Untuk saat ini, kata Jahja, sudah ada 26 perusahaan rintisan (startup) yang mendapat suntikan dana dari CCV seperti Julo, Akseleran, Agate, Garena, Sinbad, 6Estates, Wallex, element, bambu, pomona, Moduit, hingga OY!.
“Itu beberapa startup yang mungkin sebagian sudah bukan startup, saya pikir sudah mature company yang sudah cukup lama mereka kembangkan,” terangnya.
Jahja memastikan, ke depannya Central Capital Ventura akan terus berinvestasi pada startup-startup yang dinilai berpotensi memberikan keuntungan. "Kami akan terus mencari startup yang bagus, bisa cuan dan yang tidak langsung terkait, kita juga bisa take profit ke depan," terangnya.
Penambahan modal ini juga makin mengokohkan kepemilikan 99,99% saham CCV yang dikempit BCA. Sedangkan sisa 0,01% kepemilikan saham dipegang oleh entitas anak BCA lainnya yaitu PT BCA Finance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News