kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Eksportir Terbebani Pengalaman Masa Lalu


Kamis, 22 September 2011 / 16:46 WIB
ILUSTRASI. Pemerintah sepertinya serius untuk menggarap peningkatan nilai tambah alias hilirisasi batubara.


Reporter: Roy Franedya |

Keluhan pengusaha mengenai rendahnya kualitas bank domestik dalam melayani transaksi ekspor impor, mungkin ada benarnya. Tapi, itu sudah jadi cerita masa lampau. Saat ini bank sudah berubah dan meningkatkan standar layanannya seperti bank di luar negeri.

Hal ini dikemukakan Roosniati Salihin, Wakil Direktur Utama Bank Panin. Menurut pengurus Perbanas ini, kalau ada eksportir yang mengatakan perbankan domestik kalah bersaing dengan bank asing dalam melayani ekspor, itu hanya masalah persepsi. “Banyak eksportir yang menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendukung argumen tersebut. Padahal bank sudah berbenah apalagi mengenai bisnis trade finance,” katanya.

Bank devisa pasti menggarap semaksimal mungkin bisnis trade finance karena Indonesia salah satu negara pengekspor komoditas terbesar di dunia. Jadi, tidak mungkin bank menganut pola fikir lama. Kalau tidak mampu berbenah, bisnis tersebut bisa diambil bank asing. “Yang rugi bank nasional,” katanya.

Dia mengklaim layanan bank domestik makin baik. Lihat saja, bank berlomba menawarkan cash management bagi para eksportir atau mempercepat proses dokumen L/C dalam waktu sehari. Ada pula yang mem bundling trade finance dengan produk lain agar nasabah merasa nyaman dan puas.

Bank juga membuka diri menjadi tempat bertanya bagi eksportir. Terutama dalam menyusun dokumen L/C untuk meminimalisir kesalahan pencatatan. Bila salah kirim dokumen, biaya nasabah bertambah. Bank juga gencar menggandeng bank asing sebagai bank koresponden dan buka cabang di luar negeri.

Mengenai tarif, kata Roosniati, sekarang bukan lagi jadi masalah. Sebab, tarif bank domestik sudah sangat bersaing dengan bank asing. Sekarang ini masalahnya murni pada masalah pelayanan. “Bank asing memang punya keunggulan karena punya banyak cabang diluar negeri tetapi itu bisa diakali dengan bank koresponden,” katanya.

Soal bunga kredit valas, juga tak jadi soal. Betul, eksportir bisa mendapatkan bunga kredit yang murah di luar negeri, tapi bunga simpanan mereka di sana juga dibayar rendah. Membandingkan saja, bunga kredit valas perbankan nasional masih 4%, sementara bunga kredit valas bank asing 1%-2%. Tetapi dana yang mereka tempatkan di bank di luar negeri itu, bunganya tidak sampai 1%. Kalau di bank lokal bunga dananya bisa 2-3%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×