Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan untuk pinjaman sebesar 25 basis poin (bps) menjadi di kisaran 1%-1,25%. Selain itu bank sentral AS ini juga memperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja menyebut kenaikan Fed Fund Rate (FFR) tersebut telah sejak lama diantisipasi oleh pasar termasuk perbankan. Selain itu, Jahja juga menilai Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRR). "Kalau FFR naik 0,25% itu sudah diantisipasi pasar, saya perkirakan BI rate akan tetap," katanya dalam pesan singkat kepada KONTAN, Kamis (15/6).
Di sisi lain,Jahja menyebut pihaknya selama ini juga sudah menurunkan bunga kredit dan sampai saat ini belum menaikkan suku bunga kredit. Jahja menilai ruang gerak bunga kredit ke depan akan semakin terbatas, yang dipengaruhi dari masih tersedianya likuiditas perbankan.
"Likuiditas saat ini masih cukup, tapi kalau kredit infrastruktur mulai digelontorkan secara masif, maka likuiditas akan ketat jadi pada saat itu terjadi sulit untuk bunga kredit turun lagi," jelasnya.
Sebagai informasi, hingga 31 April 2017 BCA mencatatkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 542,14 triliun atau tumbuh sebesar 14,90% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara dari sisi penyaluran kredit, hingga April, BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp 421,05 triliun atau tumbuh sebesar 11,29%. Hingga akhir tahun, bank berkode emiten saham BBCA ini menargetkan target kredit tumbuh mencapai 10%.
Dengan asumsi tersebut maka realisasi kredit BCA akan berkisar Rp 453,74 triliun-Rp 457,90 triliun di akhir tahun ini, dari perhitungan total kredit BCA akhir tahun lalu sejumlah Rp 461,27 triliun. "Permintaan kredit cenderung meningkat, khususnya menjelang Lebaran," imbuh Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News