kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

FIF Tetap Incar Dana dari Mancanegara


Kamis, 22 September 2011 / 10:18 WIB
ILUSTRASI. Ini dia tambahan promo code terbaru Roblox November 2020, klaim sekarang juga!


Reporter: Adisti Dini Indreswari |

JAKARTA. Meski saat ini nilai tukar rupiah bergejolak mengikuti pergerakan pasar internasional, perusahaan pembiayaan tak gentar untuk tetap mencari pendanaan di luar negeri. Tengok saja, Federal International Finance (FIF) yang siap-siap menjajaki pinjaman asing.

Presiden Direktur FIF Suhartono mengatakan, saat ini FIF tengah menjajaki pinjaman dengan sejumlah bank luar negeri, antara lain di Jepang dan Hong Kong. "Biasanya November kami sudah mulai roadshow. Jadi, Januari sudah ada keputusan," kata Suhartono, Selasa (20/9).

Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber dana rutin buat FIF. Porsi pinjaman bank asing berkisar antara 10% hingga 15% dari kebutuhan dana setiap tahun.

General Manager Treasury and Funding FIF Djap Tet Fa mengaku, FIF mencari pendanaan dari luar negeri karena ada aturan pembatasan pemberian kredit dari bank lokal pada satu grup. Dalam hal ini, grup Astra merupakan induk FIF. Karena itu, FIF mencari utang luar negeri untuk menutup kebutuhan dana.

Djap Tet Fa mengaku tidak mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dalam mencari pinjaman luar negeri. Alasannya, kondisi rupiah sangat fluktuatif dan tidak bisa diprediksi. "Disesuaikan saja dengan kebutuhan," kata Djap Tet Fa, Rabu (21/9).

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia menilai wajar jika banyak perusahaan pembiayaan mencari pinjaman luar negeri. "Sebagai alternatif, supaya bukan hanya domestik," kata dia.

Wiwie menampik alasan perusahaan pembiayaan mencari pinjaman luar negeri adalah karena pinjaman dari bank lokal sudah terbatas. "Dari dalam negeri masih banyak," ujarnya.

Wiwie menilai, bunga pinjaman dalam dan luar negeri bersaing. Hanya saja, ia mewanti-wanti bila nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS, bisa saja si multifinance kesulitan membayar kalau tidak hati-hati.

Berdasarkan data Bank Indonesia, per Juli lalu pinjaman asing oleh multifinance mencapai Rp 69,54 triliun. Angka ini mencapai 41,53% dari total pinjaman multifinance Rp 167,44 triliun, di luar obligasi dan pinjaman subordinasi.

Pinjaman luar negeri di multifinance ini tumbuh 42,92% dibanding Juli 2010, yang masih Rp 48,65 triliun. Tidak mengherankan, pinjaman luar negeri ini memakan porsi 40,49% dari total pendanaan di luar penerbitan obligasi dan utang subordinasi.

FIF menggunakan empat sumber pendanaan, yaitu ekuiti, joint financing, pinjaman perbankan, dan obligasi. Porsi ekuiti antara 20%-25%, sedangkan joint financing dan pinjaman perbankan masing-masing 30%.

Obligasi menjadi pilihan untuk mendapat dana murah jika kondisi pasar modal sedang bagus. Suhartono memastikan akan menerbitkan obligasi tahun depan, meski belum menentukan besarannya. "Tergantung pasar," ujar Suhartono.

Tahun depan, FIF memerlukan pendanaan Rp 23 triliun. Suhartono mengatakan angka ini dihitung berdasarkan proyeksi konservatif, yakni tumbuh 10% hingga 15% dari kebutuhan dana tahun ini sebesar Rp 20 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×