Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menilai, kehadiran QRIS cross border memperluas kanal transaksi lintas negara dengan biaya lebih efisien dibanding kartu kredit atau remitansi tradisional, sehingga mendorong peningkatan volume transaksi ritel internasional.
Seperti diketahui, Bank Indonesia baru-baru ini telah memperluas layanan QRIS diluar ASEAN (Thailand, Malaysia, Singapura) yakni ke Jepang. Menurutnya, saat ini, transaksi QRIS cross border di ASEAN hingga Jepang terus tumbuh, meski skalanya masih jauh lebih kecil dibanding transaksi QRIS domestik yang sudah mencapai ratusan juta transaksi bulanan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sampai semester I 2025, QRIS telah menjangkau 57 juta pengguna dan 39,3 juta merchant yang 93,16% di antaranya adalah UMKM.
Baca Juga: Volume Transaksi QRIS BCA Melesat 125% pada Semester I-2025
Transaksinya mencapai 6,05 miliar senilai Rp 579 triliun. Adapun volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS tumbuh 148,50% secara tahunan atau year on year (yoy).
Sedangkan, total nilai transaksi QRIS antarnegara di Malaysia, Singapura dan Thailand mencapai Rp 1,66 triliun hingga Juni 2025.
Kerja sama QRIS antarnegara dengan Thailand mencatatkan 994.890 transaksi dengan nominal sebesar Rp 437,54 miliar sejak diluncurkan pada Agustus 2022.
Lalu, volume transaksi QRIS antarnegara Indonesia dan Malaysia mencapai 4,31 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp 1,15 triliun sejak diresmikan pada Mei 2023.
Adapun kerja sama QRIS antarnegara dengan Singapura yang diluncurkan pada 17 November 2023 telah mencatatkan 238.216 transaksi, dengan nominal sebesar Rp 77,06 miliar.
"Ke depan, potensinya akan semakin besar seiring bertambahnya negara mitra, termasuk Arab Saudi yang strategis untuk jamaah umrah dan haji," ucapnya kepada kontan.co.id, Selasa (19/8).
Adapun dari sisi biaya dan transparansi kurs, QRIS cross border dinilai lebih menguntungkan dibanding kartu debit atau kredit, karena tidak ada tambahan biaya merchant surcharge internasional dan kurs yang digunakan lebih mendekati kurs resmi antarbank.
Namun, kata Didiet kartu debit dan kredit tetap unggul dari sisi jangkauan global karena belum semua merchant luar negeri menerima QRIS, sehingga pilihan terbaik tergantung kebutuhan belanja, lokasi, dan jaringan pembayaran yang tersedia.
Lebih lanjut Arianto menjelaskan, bahwa tidak semua bank atau aplikasi QRIS domestik otomatis bisa digunakan di luar negeri karena QRIS cross border terbagi menjadi outbound (nasabah Indonesia membayar di luar negeri) dan inbound (turis asing membayar di Indonesia dengan QR code negaranya).
"Hanya penerbit atau bank yang sudah terhubung dengan jaringan cross border melalui Bank Indonesia dan bank sentral negara mitra yang dapat berfungsi lintas negara. Jika aplikasi QRIS suatu penerbit belum mendukung cross border, maka meski bisa dipakai di dalam negeri, tidak akan berfungsi di luar negeri," jelasnya.
Karena itu, nasabah perlu memastikan aplikasi yang dipakai mendukung QRIS cross border, biasanya ditandai dengan logo atau notifikasi khusus saat berada di negara mitra.
Ia juga menghimbau kepada nasabah agar memperhatikan dukungan aplikasi pembayaran, ketersediaan merchant yang menerima QRIS, serta keamanan transaksi saat digunakan di luar negeri.
Menurutnya, kurs konversi akan langsung ditampilkan pada aplikasi sebelum konfirmasi pembayaran, karena nilai tukar ditentukan melalui mekanisme kerja sama antarbank sentral dan dijalankan dengan sistem floating exchange rate. Dengan demikian, kurs yang berlaku transparan dan bisa dilihat langsung oleh nasabah di aplikasi sebelum transaksi diproses.
Baca Juga: AstraPay Siap Adopsi QRIS Cross Border, Targetkan 16,5 Juta Pengguna di 2025
Selanjutnya: Anak Punya EQ Tinggi? Ini 5 Tips Parenting Anak dengan EQ Tinggi
Menarik Dibaca: Anak Punya EQ Tinggi? Ini 5 Tips Parenting Anak dengan EQ Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News