Reporter: Ferrika Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan finansial teknologi (fintech) DanaDidik mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di bawah 1% hingga awal April 2018.
Dipo Satria Ramli, CEO DanaDidik mengharapkan, rasio kualitas kredit itu bisa bertahan hingga akhir tahun ini. Pihaknya akan berupaya menekan kredit bermasalah serendah mungkin, yaitu lewat pelaksanaan manajemen risiko internal dan prosedur pemberian kredit yang tepat.
“Kami menargetkan sampai akhir tahun NPL bisa di bawah 1%, dengan menerapkan manajemen risiko serta credit scorsing,” kata Dipo kepada Kontan.co.id, baru-baru ini.
Kredit macet tersebut berasal dari skema pembiayaan pendidikan yang belum siap dari sisi sistem dan manajemen resiko ketika awal pendirian DanaDidik. Saat itu pembiayaan pendidikan masih menggunakan sistem di negara Amerika Serikat, di mana pembayaran pinjaman masih bersifat konvensional dan waktu pengangsuran serta pelunasan pinjaman pasca peserta didik tersebut lulus studi.
“Kredit macet dari pembiayaan awal karena produknya kurang bagus. Apalagi pinjaman pendidikan ketika itu masih baru sehingga perlu banyak pembelajaran,” kata Dipo.
Belajar dari pengalaman tersebut, kini DanaDidik menetapkan waktu angsuran setelah 1 bulan debitur atau pelajar menerima pinjaman.
Dalam hal ini, DanaDidik tidak membebani bunga kredit kepada para pelajar yang masih aktif menjalankan studi. Mereka hanya perlu mengangsur pinjaman dari mulai Rp 50.000 – Rp 250. 000 per bulan. Sedangkan mahasiswa yang sudah lulus, harus mengembalikan dana pinjaman dan dikenakan bunga antara 10%-25% flat per tahun.
Diketahui DanaDidik memberikan pinjaman pendidikan umum baik formal maupun informal seperti khusus, dengan tenor hingga 4 tahun untuk tiga kategori bidang pendidikan, yaitu teknologi, kesehatan, dan pendidikan umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News