kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitur pay later dari fintech tak mengganggu bisnis perbankan


Sabtu, 21 Desember 2019 / 17:48 WIB
Fitur pay later dari fintech tak mengganggu bisnis perbankan
ILUSTRASI. Perbankan mengklaim bisnisnya tak terganggu fitur pay later fintech.pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/07/2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era teknologi membawa banyak angin segar bagi industri. Tak terkecuali industri perbankan. Perbankan kini bisa masuk ke segmen pasar yang dulu sulit untuk dijangkau. Selain itu, perbankan pun dapat beroperasi secara efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi.

Namun, bak pisau bermata dua, adanya teknologi juga melahirkan pesaing baru bagi bank. Hal ini munculnya perusahaan teknologi finansial (fintech). Pasar perbankan pun ikut dicaplok, mulai dari pasar pembayaran, non tunai hingga pangsa pasar kredit.

Baca Juga: Ini strategi Bank IBK Indonesia mencapai pertumbuhan kredit 51% tahun 2020

Salah satu layanan perbankan yang kini pasarnya mulai dicaplok yakni bisnis kartu kredit. Sebab, perusahaan fintech pembayaran punya fitur baru yang biasa disebut pay later.

Meski begitu, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan bahwa bisnis kartu kredit masih lebih unggul. Malah, Pemimpin Divisi Bisnis Kartu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Okki Rushartomo bilang kehadiran fintech justru memberi amunisi baru bagi perbankan.

"Kalau dulu, bank butuh waktu sangat lama untuk mendorong nasabah melek teknologi. Dengan adanya fintech, dari yang tua sampai yang muda sekarang sudah mulai paham," terangnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/12).

Namun, Okki tak menampik bahwa fitur pay later fintech lebih unggul dari perbankan dari sisi kemudahan dan kecepatan pendaftaran. Meski begitu, pihaknya tak tinggal diam. Bank BNI pun sudah berdiskusi dengan Bank Indonesia (BI) untuk mempermudah pengajuan kartu kredit.

Baca Juga: BRISyariah kembali jadi bank syariah penyalur FLPP di tahun 2020

Hasilnya, BI menyetujui fitur tanda tangan digital untuk pengajuan kartu kredit di BNI di tahun depan. Praktis, di tahun depan bank berlogo 46 ini bakal mendorong kartu kredit ke dengan aplikasi digital.

"Dengan adanya digital signature, tahun depan kami target ada seribu lebih kartu per bulan yang mengajukan secara digital," sambungnya.

Selain itu, diharapkan dengan adanya digital biaya akuisisi nasabah baru bisa turun sebanyak 50%. Bila hal ini terwujud, BNI akan mengalokasikan pengurangan biaya tersebut ke beragam promosi untuk lebih menggenjot bisnis kartu kredit.

Bank bersandi saham BBNI ini juga punya target ambisius. Tahun ini dan tahun depan diharapkan jumlah pengguna kartu kredit perseroan bisa naik 400 ribu pengguna. Adapun, hingga bulan November 2019 tercatat BNI punya 1,86 juta kartu kredit. Sementara, sejak Januari-November 2019 pihaknya sudah mampu mencetak 360 ribu kartu baru.

Tahun ini, BNI mematok bisnis kartu kredit bisa tumbuh 6% secara portofolio. Sementara dari sisi transaksi, secara tahunan masih tumbuh 10%. "Kemungkinan tahun depan tumbuh sekitar di belasan awal (double digit)," terangnya.

Baca Juga: Ajaib gandeng OVO untuk pembayaran investasi reksadana

Senada, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyebut sejauh ini pertumbuhan kartu kredit masih baik yakni mencapai 11% secara yoy secara rata-rata. Tahun depan pun, CIMB Niaga juga masih memperkirakan bisnis kartu kredit akan tetap tumbuh.

Mengenai adanya pesaing baru di bisnis kartu kredit, Lani mengaku tak khawatir. Bagi perseroan, kehadiran fintech justru menjadi katalias baru untuk pembangunan budaya transaksi non tunai. Sekaligus, fintech dinilai mampu memperluas akses terhadap produk keuangan termasuk cicilan.

Lagipula, segmen perbankan dengan fintech pun menurut kacamata Lani berbeda. Misalnya, bisnis kartu kredit memiliki ticket size dari kecil hingga besar. Begitu pula dari segi tingkat bunga yang lebih rendah dan keamanan yang ketat.

"Kami melihat fintech lebih menjaring nasabah yang tidak diambil oleh bank. Ticker size lebih kecil namun tidak keberatan dengan bunga yang tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12).

Adapun, saat ini jumlah pengguna kartu kredit CIMB Niaga juga cukup tinggi mencapai 2,7 juta kartu. Setali tiga uang, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui Direktur BCA Santoso Liem bilang kalau sejauh ini volume transaksi kartu kredit BCA masih tumbuh deras dan terus meningkat. "Kami perkirakan sekitar 10%-11% di akhir tahun 2019," katanya.

Pun, BCA mungkin bisa lebih tenang dalam menghadapi persaingan. Pasalnya, bank swasta terbesar di Tanah Air punya jumlah nasabah kartu kredit mencapai 4 juta pengguna. Nasabah eksisting ini lah yang dinilai perseroan bakal menjadi penunjang pertumbuhan bisnis kartu kredit di tahun depan.

Baca Juga: Kasus korupsi Jiwasraya terkuak, Erick Thohir memilih bungkam

Sementara itu, fitur pay later belum dipandang sebagai pesaing yang perlu ditakutkan oleh BCA. Namun, bukan tanpa persiapan, BCA pun sudah menggulirkan beragam program untuk pengguna kartu kredit yang terus bergulir setiap tahun. Semisal, adanya hadiah atau reward setiap transaksi, hingga cicilan 0% dengan menggunakan kartu kredit BCA.

Sekadar tambahan informasi saja, merujuk data BI per November 2019 sudah terdapat 17,38 juta kartu kredit. Jumlah ini meningkat dari Desember 2018 yang baru sebanyak 17,27 juta kartu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×