Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan belum memiliki rencana penambahan modal di tahun ini. Sebab, menurut Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha, pemegang saham yakni Pemerintah Provinsi Jawa Timur tengah fokus pada pengembangan unit usaha syariah (UUS) Bank Jatim menjadi bank umum syariah (BUS) alias spin off.
"Sesuai rencana bisnis yang telah disampaikan OJK, tahun 2019 belum ada rencana aksi korporasi untuk menambah sumber pendanaan bank," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/2).
Lebih lanjut, bank bersandi emiten BJTM ini mengatakan kalau kondisi likuiditas masih sejalan dengan rencana ekspansi kredit. Selain itu, dari divisi tresuri Bank Jatim juga telah mengalokasikan pengelolaan dana dengan melakukan beberapa portofolio berupa goverment bond dan sertifikat Bank Indonesia (SBI/SDBI) dengan komposisi sebesar Rp 5,15 triliun per 15 Februari 2018. Jumlah tersebut setara 28,18% dari total dana kelolaan divisi tresuri Bank Jatim.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan bunga dan juga sebagai langkah preventif dari Bank Jatim untuk pengelolaan likuiditas.
"Karena dengan melakukan pembelian portofolio SBI/SDBI dapat dijadikan secondary option untuk dijadikan underlying term repo jika dibutuhkan likuiditas tambahan untuk melakukan ekspansi kredit," jelasnya.
Selain itu, cara ini juga dilakukan Bank Jatim untuk memenuhi rasio-rasio likuiditas yang dipersyaratkan oleh regulator. Lagipula, dari sisi modal, rasio kecukupan modal Bank Jatim juga masih tebal.
Per Desember 2018 total capital adequacy ratio (CAR) Bank Jatim cukup jumbo mencapai 24,21%. Ferdian menyebut, jumlah ini masih sangat cukup untuk mendukung ekspansi yang telah ditargetkan Bank Jatim dalam rencana bisnis 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News