Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sembari menunggu pemulihan permintaan kredit, Bank OCBC NISP bekerja keras meningkatkan porsi pendapatan berbasis komisi alias fee based income dari layanan jaringan perbankan elektronik (e-channel). Upaya terbaru bank ini adalah bekerjasama dengan jaringan ATM di China, UnionPay International.
Kemarin, OCBC NISP dan UnionPay bergandengan tangan di transaksi pembayaran melalui jaringan ATM Prima. Sederhananya, pemegang kartu ATM/debit dan kartu kredit berlogo UnionPay bisa melakukan transaksi di seluruh jaringan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) Bank OCBC NISP.
Andreas Kurniawan, Consumer Marketing Strategy Head OCBC NISP berujar, pihaknya memasang target pertumbuhan fee based sebesar 25%-30% di sepanjang tahun ini. "Dan kerjasama dengan UnionPay akan mendorong target itu. Khususnya melalui fee based yang berasal dari e-channel," terang Andreas, Senin (25/1).
Andreas menjelaskan, selama ini pendapatan berbasis komisi dari e-channel berkisar 8%-9% terhadap total pendapatan komisi OCBC NISP. Tahun ini, Andreas memperkirakan, kontribusi fee based dari layanan perbankan elektronik bisa meningkat dari tahun sebelumnya.
OCBC NISP bersandar pada transaksi pemegang kartu ATM/debit yang mencapai mencapai 1,4 juta. Dari jumlah itu, tercatat ada 30 juta transaksi saban tahun.
Sementara, rata-rata transaksi e-banking di OCBC NISP mencapai Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar saban bulan pada 2015.
Sebagai bagian dari upaya mendongrak transaksi ATM, OCBC NISP telah memulai uji coba penerapan kartu debit berteknologi cip. Tahun ini, uji coba kartu debit cip hanya diperuntukkan bagi para karyawan OCBC NISP.
Hingga saat ini, OCBC NISP memiliki sekitar 6.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. "Uji coba ini kami lakukan secara bertahap, tidak langsung 6.000. Prosesnya berlangsung sampai akhir 2016," tutur Andreas.
Kartu debit teknologi cip akan diterapkan ke seluruh nasabah pada awal 2017. Tahun ini, OCBC NISP merogoh kocek sebesar Rp 200 miliar untuk pengembangan sistem teknologi informasi (TI), khusus e-channel, dari total belanja modal (capital expenditure) Rp 500 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News