kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Gagal bayar Duniatex mencuat, OJK dan bankir pelototi potensi NPL di semester II


Kamis, 25 Juli 2019 / 20:30 WIB
Gagal bayar Duniatex mencuat, OJK dan bankir pelototi potensi NPL di semester II


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek perang dagang mulai berimbas pada melemahnya ekonomi secara global, tak terkecuali Indonesia. Perbankan, sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi pun mulai mencermati adanya potensi peningkatan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di semester II 2019.

Salah satu contoh yang tengah dicermati adalah masalah kemampuan likuiditas PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) dalam memenuhi kewajiban pinjaman sindikasi senilai US$ 5 juta pada September mendatang dan pembayaran bunga obligasi sebesar US$ 13 juta dari obligasi yang diterbitkan senilai US$ 300 juta.

Baca Juga: Panin Dubai Syariah akan restrukturisasi kredit Duniatex sebesar Rp 262,9 miliar

Jika dirinci, pinjaman bank tersebut terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp 1,82 triliun, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo Rp 485,3 miliar dan utang jangka panjang Rp 2,93 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana mengatakan pihaknya terus mengamati hal tersebut. Namun, sejauh ini regulator menilai iklim industri Tanah Air masih positif.

"Itu masalahnya kan di masing-masing perusahaannya, tapi tetap dicermati pengaruhnya terhadap bank. Sejauh ini tidak mengganggu kinerja bank secara umum," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/7).

Pun, menurut OJK setiap bank memiliki cara tersendiri untuk memitigasi risiko termasuk pemupukan pencadangan dan restrukturisasi.

Baca Juga: Bank Jateng menyebut seluruh kredit Duniatex sudah lunas pada Juni 2019

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja juga ikut bicara. Menurutnya, kasus yang menimpa Duniatex tidak mencerminkan kondisi secara industri. Meski begitu, menurut beberapa debitur BCA industri tekstil memang terpapar dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Terutama dari harga produksi tekstil yang sangat fluktuatif. "Tapi tidak bisa dibilang industrinya jelek, tergantung individual perusahaan," tuturnya.

Melihat adanya potensi pelemahan di sejumlah sektor, Jahja menuturkan pihaknya menjadi lebih berhati-hati menyalurkan kredit di semester II 2019. Namun, BCA memastikan tidak ada sektor yang saat ini dihindari.

Sebab, perseroan sudah punya beragam amunisi untuk menepis potensi NPL. Salah satunya, rasio pencadangan yang dijaga tinggi sebesar 183,7% di bulan Juni 2019.

Baca Juga: Di antara tiga bank besar, laba Bank BCA tumbuh paling tinggi

Adapun, hingga kuartal II 2019 BCA berhasil menjaga NPL stabil di level 1,4% dan diramal bertahan sampai akhir tahun.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×