CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Gandeng Paper.id, P2P lending salurkan pinjaman invoice senilai Rp 55 miliar


Selasa, 22 Desember 2020 / 11:28 WIB
Gandeng Paper.id, P2P lending salurkan pinjaman invoice senilai Rp 55 miliar
ILUSTRASI. Peluncuran Paper.id


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran pinjaman berbasiskan invoice masih deras di masa pandemi. Para penyelenggara fintech mengandeng startup cloud software seperti Paper.id untuk mempermudah masuk pada ekosistem UMKM.

Hingga saat ini, terdapat empat penyelenggara P2P lending yang bekerjasama dengan Paper.id menyalurkan pinjaman invoice kepada lebih dari 200.000 UMKM. Adapun total penyaluran pinjaman tersebut mencapai lebih dari Rp 55 miliar.

Hal ini tidak terlepas dengan kinerja Paper.id yang tidak terdampak pandemi. Lantaran volume pertukaran invoice, pertumbuhan user, dan penggunaan solusi pendanaan yang semakin signifikan. 

Selama tahun 2020, Paper.id telah berhasil memfasilitasi pertukaran invoice hampir satu juta invoice dengan total nilai sebesar lebih dari Rp 3 triliun. 

Baca Juga: Di tengah pandemi, kredit ekspor Bank Mandiri masih bisa naik 17%

“Dengan rata-rata sekitar 20.000 member yang aktif menggunakan fitur kami per bulannya, aplikasi paper.id yang telah didownload lebih dari 100.000 kali, dan ini semakin mengukuhkan posisi kami sebagai pemimpin dalam industri ini”, ujar Jeremy Limman selaku CEO Paper.id dalam keterangan tertulis pada Selasa (22/12).

Padahal berdasarkan riset Paper.id dengan SMESCO dan OK OCE yang dikirimkan ke lebih dari 3000 UMKM di 22 provinsi Indonesia menunjukkan bahwa 78% responden mengalami penurunan omzet mulai dari kurang lebih 20% hingga harus menutup usahanya.

Masalah ini hampir menimpa seluruh bidang usaha mulai dari kuliner, jasa, fashion dan yang lainnya. Masih adanya keterbatasan ruang gerak dan ditutupnya berbagai jalur pendistribusian perdagangan dinilai menjadi penyebab utamanya, walaupun mayoritas responden sudah melakukan pemasaran via online dan offline, mencari pasar baru hingga melakukan pivot bisnis.

“Dengan digitalisasi yang semakin membaik ke depan, upaya akselerasi dan program naik kelas tentu akan semakin mudah dicapai. Hal ini akan menjadi pilihan investasi terbaik sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru yang dapat diandalkan. Maka daripada itu, kami melihat momentum ini sebagai kebangkitan ekosistem bisnis Indonesia menuju nomor top five dunia,” tambah Jeremy. 

Selanjutnya: Indeks berkapitalisasi pasar kecil & menengah lebih lincah, ini saham penggeraknya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×