Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan atau recovery terhadap kredit perbankan yang hapus buku mengalami penurunan pada paruh pertama tahun ini. Pandemi Covid-19 bikin eksekusi dan lelang jaminan dari kredit tersebut jadi sulit.
Salah satunya dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Sigit Prastowo, Direktur Keuangan BNI mengatakan, total recovery dari kredit hapus buku perseroan per Juni 2020 menurun dibandingkan semester I tahun 2019.
Baca Juga: Berlaku mulai 18 Agustus, BI tetapkan jadwal operasional dan layanan publik yang baru
Hanya saja, ia belum bisa merinci detailnya lantaran BNI belum merilis laporan keuangan kuartal II 2020. "Faktor utama penyebab penurunan ini adalah pandemi Covid-19. Kondisi ini membuat sulitnya eksekusi dan lelang jaminan di tengah makro ekonomi yang sedang sulit saat ini," jelasnya Sigit pada Kontan.co.id, Selasa (11/8).
Tidak hanya jumlah pemulihannya yang menurun, recovery rate-nya atau rasio pemulihan terhadap total kredit hapus buku tersebut juga mengalami sedikit penurunan.
Pada kuartal I 2020, BNI mencatatkan kredit hapus buku sebesar Rp 1,87 triliun. Dari situ, bank ini berhasil melakukan pemulihan sebesar Rp 394 miliar atau 21%. Sedangkan kuartal I 2019, perseroan berhasil memulihkan Rp 507 miliar dari kredit hapus buku sebesar Rp 1,51 triliun atau recovery rate-nya mencapai 33,5%.
Tingkat pemulihan kredit hapus buku sampai akhir tahun diperkirakan masih akan turun mengingat dampak Covid-19 diprediksi masih mempengaruhi perekonomian sampai satu hingga dua tahun ke depan. Namun, BNI akan tetap berupaya maksimal dalam melakukan pemulihan tersebut.
Baca Juga: Permudah transaksi saat berbelanja online, BCA luncurkan fitur Debit Online
Hingga akhir tahun ini, BNI memproyeksikan recovery rate kredit hapus buku sekitar 20%-30%. Ini turun dibandingkan tahun 2019 yang mencatatkan recovery rate dari write off atau hapus buku sebesar 44,1%.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga mengalami hal serupa. Pendapatan bank ini dari pemulihan kredit hapus buku hanya mencapai Rp 29,69 miliar pada semester I 2020 atau turun 14,11% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 34,57 miliar.
Ferdian Timur Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim menjelaskan, pandemi bikin pemulihan kredit hapus buku menurun karena Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKLN) Surabaya tutup sementara. Selain itu, daya beli masyarakat juga turun sehingga orang menunda rencana terhadap pembelian aset.
Menurunnya daya beli masyarakat itu membuat Bank Jatim semakin sulit melakukan lelang terhadap agunan dari kredit-kredit hapus buku. Meski begitu, bank ini tetap berupaya agar target pemulihan kredit hapus buku bisa mencapai Rp 100 miliar pada akhir tahun.
Baca Juga: Obligasi Bank BTN kelebihan permintaan 1,8 kali
Bank CIMB Niaga juga mengalami penurunan pendapatan dari recovery rate menjadi hanya Rp 160 miliar pada semester I 2020 dari Rp 257 miliar pada paruh pertama 2019.
Namun, secara keseluruhan pendapatan non bunga bank ini masih tumbuh 6% menjadi Rp 2,1 triliun dari Rp 1,98 triliun per Juni 2019. Selain penurunan recovery rate, pendapatan dari fee dan komisi bank ini juga turun dari Rp 723 miliar jadi Rp 568 miliar. Hanya saja, perseroan diuntungkan dengan adanya kenaikan keuntungan marketable securities dari Rp 228 miliar jadi Rp 381 miliar serta transaksi forex dan derivatif dari Rp 298 miliar menjadi Rp 621 miliar.
Sementara BCA tidak merinci jumlah pemulihan kredit hapus buku yang berhasil dikantongi perseroan selama paruh pertama. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn bilang, pihaknya tetap melakukan hapus buku kredit sesuai dengan aturan yang berlaku.
Meski begitu, BCA konsisten menyalurkan kredit secara prudent guna menjaga kualitas kredit tetap sehat sehingga menekan jumlah yang harus berakhir pada penghapusan buku. Di masa pandemi ini, perseroan aktif melakukan restrukturisasi kredit bagi debitur yang kesulitan.
Baca Juga: Ini alasan Kementan gandeng IPB University dalam program diversifikasi pangan
Per Juni 2020, BCA membukukan pendapatan non bunga sebesar Rp 10,53 triliun atau tumbuh 9,6% YoY. Di dalamnya termasuk fee based income yang tumbuh 1,7% YoY jadi Rp 6,6 triliun, tranding income meningkat 60% jadi Rp 2,19 triliun dan pendapatan lainnya turun 0,9% menjadi 1,72 triliun. Pendapatan pemulihan dari kredit hapus buku masuk di dalam pendapatan lainnya tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News