Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran menyebut, ada peluang bisnis yang potensial digarap di masa pandemi. Misalnya saja, asuransi di sektor industri mikro, logistik, pertanian, telekomunikasi, elektronik, farmasi, kebutuhan primer dan tekstil.
Pemasaran asuransi secara digital juga potensial digarap. Jika merujuk riset McKinsey pada 2020, terjadi perubahan perilaku di masa pandemi, di mana lebih dari 50% responden semakin menyukai berbelanja di kanal digital.
"Mungkin dia menggunakan website, masuk ke aplikasi atau modelnya dari digital. Ada perbedaan perilaku masyarakat yang harus direspon industri asuransi untuk mengatur bisnis ke depan," terangnya.
Hal ini juga dibarengi lima langkah transformasi bisnis. Pertama, resolve atau bagaimana cara menemukan solusi atas masalah bisnis asuransi di tengah pandemi. Kemudian mengukur potensi kerugian perusahaan dengan berhati - hati.
Baca Juga: Begini prediksi OJK terkait perkembangan bisnis asuransi pasca pandemi Covid-19
"Kedua, kami perlu melakukan strategi resilience. Ini merupakan strategi bertahan ketika bisnis menurun dengan melakukan efisiensi biaya serta efektivitas kemudian mempertahankan nasabah tetap saat ini," jelasnya.
Ketiga, re-engineer melalui penyederhanaan bisnis proses serta membuat produk sesuai keinginan tiap pelanggan. Misalnya, menyediakan produk asuransi yang menanggung risiko enam dan sembilan bulan walaupun masa pertanggungan biasanya selama setahun.
Keempat, restructure dengan melakukan restrukturisasi organisasi berdasarkan tantangan yang dihadapi serta kebutuhan perusahaan. Terakhir, redefine atau memetakan kembali strategi dan model bisnis, pasar serta partner kerja sama.
"Namun harus ada keseimbangan antara bisnis melalui kontak fisik dan kanal digital karena beberapa pasar masih menjalankan secara konservatif dan tetap memerlukan sentuhan fisik serta hubungan personal ke pelanggan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News