Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi jiwa terkontraksi sejak awal tahun akibat pandemi corona (Covid-19). Akibatnya, pendapatan premi asuransi jiwa anjlok dan diperkirakan berlanjut sampai akhir tahun.
"Prediksi ke depan penurunan tetap terjadi tapi tidak terlalu besar. Kami harap kinerja stabil untuk ke depan walaupun menurun," kata Kepala Departemen Hubungan Internasional AAJI Nelly Husnayati dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (28/8).
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), premi industri asuransi jiwa melorot 10,69% secara year on year (yoy) per Juli 2020. Padahal Juni lalu turun lebih rendah atau 10,01% yoy.
Baca Juga: Banyak kasus gagal bayar asuransi, puluhan nasabah mengadu ke DPR
Menurutnya, penyebab penurunan karena kemampuan masyarakat untuk membeli produk asuransi di masa pandemi merosot. Khususnya produk asuransi dengan premi tinggi.
Meski demikian, pendapatan premi industri akan membaik karena perekonomian mulai bergeliat. Hal ini akan berdampak pada perbaikan bisnis asuransi di kuartal ketiga dan keempat tahun ini.
"Dari sisi positif, kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi kesehatan semakin meningkat. Kita sama - sama menyadari bahwa proteksi kesehatan itu penting di masa pandemi," ungkapnya.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran menyebut, ada peluang bisnis yang potensial digarap di masa pandemi. Misalnya saja, asuransi di sektor industri mikro, logistik, pertanian, telekomunikasi, elektronik, farmasi, kebutuhan primer dan tekstil.
Pemasaran asuransi secara digital juga potensial digarap. Jika merujuk riset McKinsey pada 2020, terjadi perubahan perilaku di masa pandemi, di mana lebih dari 50% responden semakin menyukai berbelanja di kanal digital.
"Mungkin dia menggunakan website, masuk ke aplikasi atau modelnya dari digital. Ada perbedaan perilaku masyarakat yang harus direspon industri asuransi untuk mengatur bisnis ke depan," terangnya.
Hal ini juga dibarengi lima langkah transformasi bisnis. Pertama, resolve atau bagaimana cara menemukan solusi atas masalah bisnis asuransi di tengah pandemi. Kemudian mengukur potensi kerugian perusahaan dengan berhati - hati.
Baca Juga: Begini prediksi OJK terkait perkembangan bisnis asuransi pasca pandemi Covid-19
"Kedua, kami perlu melakukan strategi resilience. Ini merupakan strategi bertahan ketika bisnis menurun dengan melakukan efisiensi biaya serta efektivitas kemudian mempertahankan nasabah tetap saat ini," jelasnya.
Ketiga, re-engineer melalui penyederhanaan bisnis proses serta membuat produk sesuai keinginan tiap pelanggan. Misalnya, menyediakan produk asuransi yang menanggung risiko enam dan sembilan bulan walaupun masa pertanggungan biasanya selama setahun.
Keempat, restructure dengan melakukan restrukturisasi organisasi berdasarkan tantangan yang dihadapi serta kebutuhan perusahaan. Terakhir, redefine atau memetakan kembali strategi dan model bisnis, pasar serta partner kerja sama.
"Namun harus ada keseimbangan antara bisnis melalui kontak fisik dan kanal digital karena beberapa pasar masih menjalankan secara konservatif dan tetap memerlukan sentuhan fisik serta hubungan personal ke pelanggan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News