kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara corona, tren berasuransi cenderung meningkat


Selasa, 18 Agustus 2020 / 16:31 WIB
Gara-gara corona, tren berasuransi cenderung meningkat
ILUSTRASI. Petugas memberikan penjelasan kepada nasabah Bank Danamon tentang produk asuransi Manulife, di Gedung Danamon, Jakarta, Selasa (28/4). Danamon dan Manulife memperpanjang bisnis bancassurance hingga 2036. sinergi keduanya siap memenuhi proteksi kesehatan,


Reporter: Annisa Fadila | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife) pada Mei lalu telah melakukan survei Manulife Asia Care. Survei ini menargetkan 300 nasabah asuransi di Indonesia yang memiliki polis Manulife atau asuransi perusahaan lainnya.

Seluruh responden mengungkapkan kekhawatiran mengenai dampak pandemi jangka panjang terhadap ekonomi lokal.

Hasil survei dari responden di Indonesia juga menunjukkan optimisme yang terendah diantara 8 pasar di Asia terhadap perkembangan Covid-19 hingga 6 bulan kedepan. Hampir 74% responden menyebutkan Covid-19 semakin serius pada paruh kedua tahun 2020, melebihi rata-rata di regional sebesar 41%.

Penggunaan teknologi digital berskala besar selama pandemi pun terlihat di antara responden di seluruh kawasan. Namun di Indonesia, penggunaan digital tampak lebih jelas lagi.

Baca Juga: Manulife ajak masyarakat kolaborasi donasikan APD bagi tenaga medis

Sejalan dengan meningkatnya minat pada digital, terdapat pula pergerakan menuju pengelolaan keuangan pribadi yang lebih teratur. Hal ini juga mencerminkan meningkatnya minat responden Indonesia untuk membeli tambahan asuransi baru.

Dalam surveinya, seluruh responden Indonesia yang merupakan nasabah asuransi, telah mengadopsi kebiasaan gaya hidup baru sejak wabah corona. Mayoritas kebiasaan baru ini meliputi gaya hidup lebih sehat dan meningkatnya ketergantungan pada layanan e-commerce, online dan digital.

Di Indonesia, sebanyak 62% responden menemukan cara untuk lebih sehat secara fisik daripada sebelum pandemi, serta 37% responden lainnya mulai memonitor kesehatan mental mereka.

Artinya, hal ini menunjukkan kesadaran kesehatan meningkat dan tidak diragukan lagi masyarakat mulai beralih ke gaya hidup lebih sehat untuk kondisi tubuh maupun pikiran. Selama 18 bulan ke depan, tren yang sama akan terus meningkat dengan 50% nasabah ingin lebih sehat secara fisik dan 28% ingin memantau kesehatan mental mereka.

President dan CEO Manulife Indonesia Ryan Charland menyebutkan, hasrat untuk memiliki gaya hidup lebih sehat dan aktif merupakan hal yang penting, mengingat meningkatnya biaya perawatan maupun kebutuhan layanan kesehatan untuk memenuhi permintaan kelas menengah yang semakin banyak.

Ia bilang, di seluruh Asia, biaya perawatan kesehatan meningkat signifikan dalam 20 tahun terakhir, mencapai hampir 500% berdasarkan Bank Dunia. Pada tahun 2017. Sedangkan biaya kesehatan tahunan per kapita sebesar US$ 115, atau 2,99 % dari GDP.

“Melalui hasil survei ini, kami lebih memahami kebutuhan dan aspirasi nasabah. Manulife berupaya mengembangkan inovasi produk dan layanan sebagai solusi atas kebutuhan ketenangan pikiran nasabah,” ujar Ryan dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id (18/8).

Meningkatnya kesadaran asuransi

42% responden di Indonesia mengatakan pandemi membuat mereka lebih sering meninjau dan menata ulang keuangan pribadi dibandingkan sebelum pandemi terjadi. Survei juga menunjukkan, sebanyak 65% masyarakat beralih dari belanja secara offline ke online.

Sementara 71% masyarakat menggunakan layanan online seperti pembayaran, belanja dan pengiriman makanan.

Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pasar dengan jumlah nasabah asuransi terendah di kawasan. Salah satu ukuran penetrasi asuransi adalah pertumbuhan premi tertulis bruto sebagai presentasi PDB per kapita.

Baca Juga: Maksimalkan kinerja, Manulife Indonesia perkuat kolaborasi

Di Indonesia, bersama dengan beberapa pasar lain di kawasan, tingkat penetrasi kurang dari 5%, artinya jauh di bawah pasar seperti Hong Kong dan Singapura.

Hasil survei atas 300 responden di Indonesia menyebutkan, sebanyak 72% nasabah yang telah memiliki asuransi berencana membeli tambahan asuransi dalam 18 bulan ke depan. Hal ini jauh lebih tinggi dari rata-rata di kawasan yakni sebesar 62%.

Di mana persentasenya Produk terkait penyakit kritis mencapai 34%, asuransi jiwa 30%, kesehatan 30% dan rawat inap 29%. Produk ini merupakan produk-produk asuransi baru utama yang dipertimbangkan oleh nasabah asuransi Indonesia.

“Manulife memahami kebutuhan nasabah, khususnya perlindungan terhadap kesehatan dan penyakit kritis yang dapat terjadi kapan saja. Produk Manulife dilengkapi dengan perlindungan kesehatan dan asuransi tambahan yang dapat menjadi solusi lengkap untuk keluarga Indonesia. Selain itu, perusahaan juga berupaya memberikan kemudahan dengan aplikasi MiAccount yang dapat diakses oleh nasabah untuk memeriksa nilai polis atau mengajukan klaimnya,” tutup Ryan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×