kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

GBG prediksi fraud di institusi finansial Indonesia meningkat


Minggu, 04 Oktober 2020 / 14:52 WIB
GBG prediksi fraud di institusi finansial Indonesia meningkat
ILUSTRASI. Money mule adalah jenis penipuan yang memadukan scam dengan first party frud dan penipuan ini sulit untuk dideteksi.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. GBG sebuah perusahaan teknologi global dalam manajemen fraud dan compliance, verifikasi identitas dan intelijen data berbasis lokasi merilis riset yang mengatakan bahwa tingkat fraud atau kejahatan penipuan di Indonesia tidak menunjukkan adanya angka penurunan.

Bahkan, kejahatan dengan model money mule diprediksi akan meningkat drastis di 2020-2021 yang biasanya berdampak pada konsumen sektor perbankan dan finansial.

Money mule dinilai sebagai tipe fraud terbesar kedua yang memiliki dampak signifikan kepada institusi finansial di Indonesia tahun 2019. Institusi finansial di Indonesia harus mewaspadai tipe penipuan ini karena diprediksi akan meroket hingga 68% pada 2020-2021.

Money mule adalah jenis penipuan yang memadukan scam dengan first party frud dan penipuan ini sulit untuk dideteksi. Salah satu contoh penipuan money mule biasanya penipu akan mengirimkan SMS dan meminta korban untuk membuka rekening bank dan mengelola transaksi.

Baca Juga: Demi Mendorong Inklusivitas, Industri Perbankan Menyiapkan Sistem Open Banking

GBG juga menemukan bahwa Pemalsuan Identitas (55%) dan Pencurian Identitas (53%) masuk bersama-sama dengan money mule dalam jenis fraud dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di Indonesia tahun ini.

Melihat hal ini, institusi finansial di Indonesia disarankan untuk lebih menjaga keamanan digital nasabahnya.

“Kebutuhan untuk segera melakukan transisi dan mendukung adopsi layanan keuangan digital merupakan tantangan terbesar bagi institusi finansial di Indonesia," ujar June Lee, APAC Managing Director GBG.

Lee melihat Orang Indonesia pada umumnya sangat terbiasa bertatap muka secara langsung; Melalui penelitian tersebut, Unbanked, atau segmen yang secara historis tidak menggunakan atau tersentuh layanan perbankan, juga memproyeksikan tingkat pertumbuhan terbesar sebagai fokus segmen pelanggan baru oleh institusi finansial lokal.

Hal Ini bukan hanya tentang membuat konsumen beralih menuju adopsi digital, tetapi juga upaya organisasi agar memiliki sarana yang mampu secara inovatif memadukan penilaian risiko kredit seluler dengan teknologi penipuan dan menjembatani kurangnya data.

Baca Juga: Terkait Jiwasraya, Kejagung periksa bos OSO Manajemen Investasi

"Tujuan kami adalah menciptakan keseimbangan untuk meniadakan maraknya pola penipuan digital dan menciptakan lingkungan perbankan digital yang aman bagi masyarakat Indonesia,” ujar Lee.

Pada saat ini, institusi finansial di Indonesia diperkirakan akan menganggarkan biaya sebesar US$ 88,9 juta untuk berinvestasi pada teknologi pencegahan fraud baru di 2020. Hal ini membuat Indonesia sebagai negara ketiga dengan budget tertinggi untuk mencegah fraud di Asia Pasifik, setelah Thailand dan China.

GBG memberikan Digital Risk Management dan Intelligence Platform untuk mencakup seluruh proses digital onboarding dan memonitor perjalanan transaksi pengguna.

Platform ini menawarkan pilihan untuk menambah modul GBG Machine Learning untuk mengurangi false positive dan modul orkestrasi lainnya untuk meningkatkan deteksi fraud dengan deretan solusi dari GBG untuk membantu institusi finansial dan pemerintah dalam memerangi fraud dan kejahatan siber finansial.

Teknologi digital end to end dan compliance memudahkan perbankan dan institusi finansial lainnya untuk memaksimalkan keakuratan deteksi penipuan hingga 30%, sehingga pengalaman pelanggan hingga upaya perlindungan di Indonesia dapat ditingkatkan.

Baca Juga: Masuk usia 43 tahun, berikut tantangan pasar modal Indonesia ke depan

Dalam menjalankan survey dan riset GBG berkolaborasi dengan The Asian Banker yang juga turut bekerjasama dengan 300 institusi finansial di 6 negara wilayah Asia Pasifik. Diantaranya, Australia, China, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis dampak penipuan pada institusi finansial dan teknologi.

Selanjutnya, dari riset ini bisa digunakan untuk mengurangi ancaman penipuan yang ada saat ini hingga mengatasi pola atau jenis penipuan baru.

Institusi finansial Indonesia juga tengah memerangi penipuan dan serangan siber yang semakin berkembang pesat di tengah meningkatnya penggunaan internet.

GBG melihat di tengah pandemi dan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) penggunaan internet dalam kebutuhan finansial semakin meningkat.

Terutama, minat masyarakat sangat tinggi pada layanan pinjaman online yang kini menjadi prioritas teratas bagi 43% institusi finansial dalam menyediakan akses cepat pinjaman apabila PSBB kembali diperpanjang. GBG pun mengakui akselerasi produk pinjaman online di Indonesia melebihi negara-negara lain di Asia Pasifik tahun ini.

Selanjutnya: Startup Indonesia Riliv menangkan award Google

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×